Suara.com - Menurut sebuah penelitian baru, masalah tidur pada anak kecil dapat dikaitkan dengan perkembangan gangguan kesehatan mental tertentu pada remaja.
Sebuah studi terhadap 7.155 anak-anak di Inggris menemukan anak-anak yang saat bayi dan balita memiliki masalah tidur dapat mengalami gangguan psikotik pada usia 12 dan 13 tahun.
Dilansir CNN Internasional, anak-anak yang memiliki waktu tidur lebih pendek di malam hari juga lebih besar kemungkinannya menderita ganguaan kepribadian ambang atau Borderline Personality Disorder (BPD) pada usia 11 dan 12 tahun.
Penelitian yang terbit pada Rabu (1/7/2020) dalam jurnal JAMA Psychiatry ini merupakan studi pertama yang memeriksa masalah tidur anak di usia dini dan pengalaman psikotik remaja serta gejala BPD.
"Kami tahu dari penelitian sebelumnya bahwa mimpi buruk yang terus-menerus pada anak-anak telah dikaitkan dengan gangguan psikotik dan kepribadian," kata pemimpin penulis Isabel Morales-Munoz, peneliti di Institute of Mental Health di University of Birmingham.
"Tetapi mimpi buruk tidak menggambarkan keseluruhan cerita. Kami telah menemukan bahwa, pada kenyataannya, sejumlah masalah perilaku tidur di masa kanak-kanak dapat menunjukkan masalah-masalah ini pada masa remaja," katanya.
Masa remaja biasanya didefinisikan sebagai usia antara 10 dan 19, periode kunci dalam perkembangan manusia karena perkembangan otak dan perubahan hormon. Sekarang periode ini juga dianggap sebagai waktu kesehatan mental dimulai.
Penelitian sebelumnya di Australia menemukan bayi dengan masalah tidur parah yang persisten di tahun pertama memiliki risiko lebih besar mengalami kecemasan dan masalah emosional di masa kanak-kanak.
Masalah tidur pada anak-anak dan remaja telah terbukti dapat memprediksi perkembangan berbagai masalah emosional dan perilaku, termasuk depresi, kegelisahan, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, pengambilan risiko dan agresi.
Baca Juga: Studi: 1,2 Juta Bayi Berpotensi Meninggal Karena Virus Corona
Namun, temuan tidak konsisten, terutama ketika didasarkan pada pengukuran objektif tidur, daripada laporan orang tua.
Di sisi lain, tidur dan kesehatan mental berhubungan erat pada orang dewasa. Masalah tidur meningkatkan risiko mengembangkan penyakit mental tertentu serta akibat dari masalah kesehatan mental.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah