Suara.com - Berdasarkan sebuah analisis baru dari Amerika Serikat dan Inggris, tindakan jaga jarak dapat membantu memperlambat penyebaran virus corona.
"Rekomendasi yang paling pragmatis adalah menyarankan jaga jarak atau jarak sosial untuk meminimalkan penularan dari orang ke orang dengan maksud meratakan kurva epidemi," tulis para penulis studi, yang dipimpin oleh Dr. Nazrul Islam, ahli epidemiologi-dokter Universitas Oxford dan ahli statistik medis.
Saat ini, kasus virus corona secara global hampir mencapai 14 juta. Sedangkan para ahli dan peneliti lainnya belum menemukan obat serta vaksin yang ampuh untuk Covid-19.
Tetapi belum ada banyak data untuk menunjukkan apakah itu berfungsi atau tidak.
Jadi para peneliti mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang kasus-kasus yang dilaporkan setiap hari dari 149 negara atau wilayah, baik sebelum dan sesudah lima tindakan jaga jarak fisik atau sosial dilakukan.
Dilansir CNN, langkah-langkah tersebut adalah penutupan sekolah, penutupan tempat kerja, penutupan transportasi umum, pembatasan pertemuan massa, dan pembatasan penguncian atau lockdown wilayah.
Hasil analisis peneliti menunjukkan, setiap pengukuran jaga jarak fisik dikaitkan dengan penurunan keseluruhan kasus Covid-19 sebesar 13 persen selama periode penelitian.
"Pembatasan pertemuan massa, dalam kombinasi dengan penutupan sekolah dan tempat kerja, tampaknya menjadi kunci terkait penurunan kasus Covid-19," lapor peneliti dalam studi mereka yang terbit di BMJ, Kamis (16/7/2020).
Namun, Thomas May, profesor riset di Fakultas Kedokteran Elson S. Floyd di Washington State University, mengatakan studi ini dapat bermasalah meski peneliti menggunakan data di dunia nyata.
Baca Juga: Kabar Baik, Vaksin Virus Corona Oxford Disebut Beri Perlindungan Ganda
"Sayangnya, menggunakan hasil seperti itu juga merupakan kelemahan terbesar studi, membuat analisis tergantung pada kualitas data dari pengujian," jelas May.
"Secara khusus, penulis mengandalkan 'kasus yang dilaporkan setiap hari' yang disusun dari 149 negara independen. Jadi, data tunduk pada kualitas variabel, akurasi dan praktik pengujian yang tidak konsisten," tambahnya.
Ia pun mengimbau untuk berhati-hati dalam menafsirkan temuan ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar