Suara.com - Seseorang yang memiliki sikap narsistik cenderung mengabaikan protokol kesehatan dan suka menimbun kebutuhan selama pandemi Covid-19. Orang narsis cenderung akan menolak untuk rutin cuci tangan dan tetap berada di rumah selama pandemi.
Melansir dari Mayo Clinic, narsistik adalah kondisi mental di mana orang hanya peduli dengan kepentingannya sendiri, berambisi menjadi bahan perhatian, rasa kagum pada diri sendiri yang berlebihan, hingga kurangnya empati terhadap orang lain.
Pada sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences menunjukkan, orang-orang dengan sifat narsis inilah yang sering mengabaikan pedoman kesehatan selama pandemi.
Pada penelitian ini, para peneliti melaukan survei pada 755 orang di Polandia. Penelitian ini berfokus pada kepribadian dan kebiasaan untuk keselamatan pandemi.
Dilansir dari Insider, peneliti mengumpulkan data survei pada 15 Maret hingga 29 Maret. Hasilnya, mereka menemukan dua tipe narsistik dalam menanggapi pedoman selama pandemi.
Jenis narsistik pertama adalah narsis kolektif atau orang yang merasa bisa sangat percaya diri karena pandangan orang di sekiratnya. Mereka yang memiliki kepribadian ini cenderung akan menimbun persediaan makanan atau harian selama pandemi.
Namun, jenis narsistik kolektif cenderung masih mungkin melakukan protokol kesehatan seperti mencuci tangan.
Jenis kedua adalah narsis agen di mana mereka tidak memerlukan orang lain untuk merasa percaya diri dan merasa penting. Orang dengan kepribadian ini lebih mungkin untuk menimbun kebutuhan sehari-hari selama pandemi dan cenderung mengabaikan protokol kesehatan.
Penulis penelitian, Magdalena Zemojtel-Piotrowska menyatakan orang dengan narsistik agen cenderung mengabaikan protokol kesehatan karena mereka tidak percaya tindakan pencegahan akan membantu mereka secara pribadi.
Baca Juga: Tegas! Dirjen WHO Minta Politik Tak Dilibatkan Dalam Penanganan Pandemi
"Temuan utama ini secara praktis menunjukkan bahwa kita dapat mendorong orang-orang egosentris ini untuk mengadopsi langkah-langkah pencegahan dengan menunjukkan kepada mereka bahwa pencegahan itu berhasil dan tidak terlalu menuntut seperti yang mereka duga," kata Zemojtel-Piotrowska kepada PsyPost.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak