Suara.com - Hepatitis termasuk penyakit mematikan, terutama hepatitis B dan C yang bisa mengakibatkan kondisi kronis dan berujung kanker hati. Oleh karenanya, tak heran dibuat peringatan Hari Hepatitis Dunia setiap tanggal 28 Juli, agar masyarakat dunia peduli untuk melakukan pencegahan infeksi virus hepatitis.
Berdasarkan data Riskesdas pada 2013, prevalensi hepatitis di Indonesia ada 7,1 persen atau sekitar 18 juta penduduk, 9 juta di antaranya berkembang dalam kondisi kronis. Kemudian 900 ribu berlanjut jadi sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati.
Penularan hepatitis B paling banyak terjadi akibat ditularkan oleh ibu hamil kepada anaknya. Pada capaian Kemenkes 2019 tercatat, perkiraan ibu hamil ada lebih dari 5,2 juta.
Dari jumlah itu, lebih dati 2,5 juta di antaranya ibu hamil diperiksa positif hepatitis B, 46.944 ibu hamil, reaktif hepatitis B, dan 16.272 ibu hamil dirujuk. Sementara itu, ada 28.115 bayi lahir dari ibu yang reaktif hepatitis B.
Walau begitu, informasi mengenai hepatitis B masih simpang siur di masyarakat. Berikut salah kaprah mengenai hepatitis B, menurut dokter ahli penyakit hati dari RS MRCCC Siloam Semanggi, Prof. Ali Sulaiman, dikutip dari bukunya yang berjudul 'Selayang Pandang Hidup Sehat Bersama Hepatitis B'.
1. Pasien hepatitis B tidak perlu berobat
Prof Ali menegaskan bahwa pernyataan itu menyesatkan. Ia menjelaskan, seorang pengidap Hepatitis B harus segera memeriksakan diri ke dokter dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Tujuannya untuk mendapatkan penjelasan terkait keadaan virus hepatitis B dalam tubuh serta tanda bahaya yang menyertainya.
"Tidak mengherankan bahwa jumlah penderita yang datang dalam kondisi lebih lanjut seperti pengerasan hati, kanker hati, bahkan gagal hati masih cukup banyak ditemui dalam praktik dokter sehari-hari. Keadaan ini sering menyulitkan keluarga dan para dokter dalam menanggulangi penyakitnya," kata Ali.
2. Jika tidak bergejala, tak perlu konsultasi ke dokter
Baca Juga: Virus Hepatitis Bisa Ditularkan Melalui Aktivitas Sehari-Hari, Apa Saja?
Menurut Ali, anggapan itu muncul karena masyarakat mendengar bahwa infeksi Hepatitis B tanpa gejala dan keluhan umumnya terjadi karena virus sedang tidur sehingga tidak membahayakan tubuh. Di sisi lain, anggapan itu justru jadi faktor penyebab keterlambatan seseorang dalam mengenali dan mencari pertolongan untuk mendapat pengobatan.
"Kondisi Hepatitis B sejatinya dapat dicegah dengan pemberian vaksin pada mereka yang belum terpapar dan melakukan pengobatan segera pada kasus Hepatitis B, baik kasus baru maupun menahun, untuk menghindari perburukan penyakit," ucap Ali.
3. Hepatitis B tidak ada obatnya, jadi untuk apa ke dokter?
Anggapan itu yang membuat pasien hepatitis lupa dan enggan untuk konsultasi ke dokter. Padahal, Ali menyampaikan, bahwa jika infeksi hepatitis B telah menahun atau kronis, maka harus rutin ke dokter sedikitnya setahun sekali karena kerusakan hati dapat terjadi kapan saja.
"Dokter akan memberikan saran terbaik dalam menjaga kesehatan dan pemeliharaan hati. Dokter juga akan memberitahu jika perlu untuk menjalani pengobatan tertentu," katanya.
Menurut Ali, Kebanyakan orang yang terinfeksi Hepatitis B kronis hidup sehat seperti orang biasa dan baru mengetahuinya ketika melaksanakan medical check up. Akan tetapi, kebanyakan orang baru merasa perlu berobat setelah terjadi gejala lanjutan seperti sirosis atau bahkan kanker hati.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?