Suara.com - Konten pornografi bisa sangat berbahaya bagi anak, mengingat mereka belum cukup umur untuk bisa membedakan hal yang baik dan buruk. Ditambah, saat menonton pornografi, anak belum paham apa itu seks dan apa dampaknya, sehingga bisa saja mereka mencoba-coba.
"Pornografi bahaya ya. Kalau anak menonton pornografi, sesuatu yang belum bisa dia pahami dengan betul tapi menimbulkan rasa senang pada dirinya. Di otak akan merangsang pelepasan neurotransmitter dopamin yang membuat senang," ujar Ketua Satgas Perlindungan Anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A(K) bincang LIVE IG, Selasa (18/8/2020).
Anak belum tahu mengapa mereka jadi senang, lebih berbahaya jika menirukannya karena tidak mendapat edukasi orangtua, apa fungsi organ vital, kebersihan, dan sebagainya.
Jika sudah menimbulkan rasa senang, biasanya akan membuat anak jadi ketagihan dan mencari-cari hal yang juga menghasilkan perasaan rasa senang serupa, bahkan lebih.
"Pada kesempatan berikutnya, anak itu akan cari-cari lagi apa yang membuat dia senang itu. Lalu dia mencoba untuk mengakses lagi," tutur dr. Eva.
Dokter yang berpraktik di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat mengingatkan jika perilaku anak ini berlangsung terus menerus tanpa diawasi orangtua dan dibimbing kembali ke pengetahuan yang benar, maka yang terjadi anak jadi kecanduan pornografi. Selayaknya menjadi pecandu narkoba dan sulit untuk berhenti, harus direhabilitasi.
"Penelitian menunjukkan kecanduan pornografi dampaknya bisa seperti kecanduan narkoba. Jadi orangtua harus pastikan tidak ada anak di sekitar ketika orangtua ingin mengakses pornografi," jelasnya.
Nah, salah satu cara agar anak tak terjebak menjadi pecandu pornografi, salah satunya adalah dengan memberikan edukasi seks pada anak.
Di Indonesia, edukasi seks memang masih jadi hal yang tabu dan tidak sepatutnya dibicarakan pada anak. Padahal edukasi seks sangat penting dilakukan.
Baca Juga: Jadi Pengangguran, Pak Guru Dibekuk Gegara Unduh Konten Porno Anak-anak
Dr. Eva kemudian menyampaikan edukasi seks sudah bisa dilakukan pada anak usia 16 bulan hingga 18 bulan, atau usia 2 hingga 3 tahun, untuk diajarkan seputar perbedaan gender laki-laki dan perempuan.
Kemudian sebelum anak masuk sekolah baik itu PAUD hingga TK, anak diberikan pamahaman bagian tubuh apa saja yang tidak diperbolehkan untuk dilihat dan ndisentuh oleh orang lain.
"Usia prasekolah mulai kasih batasan siapa yang boleh lihat, pegang, yang tidak boleh, di tempat umum tidak boleh dibuka," terang dia.
Nah, jika sudah anak menginjak usia 6 hingga 8 tahun baru kemudian anak bisa diajarkan dan menjawab pertanyaan tentang mengapa ada bayi di perut ibu, dari mana anak lahir, dan sebagainya.
Terakhir agar edukasi seks pada anak lebih aman, maka buatlah mereka mengutarakan pendapat mereka. "Kalau ada pertanyaan-pertanyaan kritis seperti itu, kita harus tanya dulu 'menurut kamu seperti apa?', baru kira luruskan dengan bahasa yang mudah dipenuhi oleh anak," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?