Suara.com - Demensia alzheimer atau gangguan mengingat jadi salah satu masalah kesehatan yang mengancam orang lanjut usia. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pengidapnya kemungkinan besar akan terus bertambah.
"Prevalensi pada 2016 (penderita Alzheimer) mencapai 1,2 juta jiwa dan akan terus meningkat hingga 1,9 juta jiwa sampai 2030 dan hampir 4 juta jiwa di tahun 2050," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes dr. Siti Khalimah, Sp.Kj., MARS saat membuka webinar festival Bulan Alzheimer Sedunia, Minggu (20/9/2020).
Ia menyampaikan bahwa indikator keberhasilan pembangunan kesehatan nasional di Indonesia ditandai dengan tiga hal, yakni, penurunan angka kesakitan, penurunan angka kematian dan peningkatan harapan usia hidup.
Meski demikian, faktor meningkatnya harapan usia hidup juga menimbulkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. Kondisi itu tentunya akan menimbulkan tantangan baru bagi Kemenkes, kata Siti.
"Tantangan bagi kita bagaimana mereka bisa menjalani hidup berkualitas, mandiri, dan berbahagia. Semakin panjang harapan usia hidup dan semakin sehat maka akan semakin minimal kebutuhan perawatan lansia di rumah sakit. Karena itu menjaga kesehatan lansia sangat penting," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum pengurus pusat Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) dr. Dodik Tugasworo Sp.S (K) mengatakan bahwa di Indonesia kebanyakan alzheimer memang dialami lansia. Tetapi seiring waktu, tanda-tanda alzheimer bisa dirasakan sejak usia produktif.
"Ini bukan kondisi normal. Demensia alzheimer ini memberikan dampak psikologis, sosial, dan beban ekonomi. Tidak hanya bagi penderita, keluarga, dan lingkungan tapi juga bangsa dan negara. Karena mereka masih usia produktif, bisa terkena demensia," kata Dodik.
Menurut Dodik, gangguan mengingat atau pikun masih dianggap hal biasa apalagi jika dialami lansia. Stigma itu yang seharusnya dihilangkan dari masyarakat karena bisa mempengaruhi pada diagnosis juga pengobatan pasien alzheimer.
"Kurangnya kesadaran dari kita dan pemahaman demensia alzheimer akan menimbulkan stigmatisasi dalam perawatan dan diagnosis. Oleh karena itu edukasi terhadap masyarakat dan tenaga medis sangat penting," ucapnya.
Baca Juga: Stroke Bisa Picu Pikun Pada Alzheimer? Ini Kata Dokter Saraf
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia