Suara.com - Pandemi virus corona membuat banyak orangtua mengajukan dua pertanyaan hangat. Pertama, kapan saya bisa mendapatkan vaksin? Dan kedua, kapan anak-anak saya bisa mendapatkannya?
Mungkin mengejutkan bahwa jawabannya tidak sama. Orang dewasa mungkin bisa mendapatkan vaksin pada musim panas mendatang. Tapi anak-anak mereka harus menunggu lebih lama. Mungkin lebih lama lagi.
Berkat Operation Warp Speed pemerintah AS dan program lainnya, sejumlah vaksin COVID-19 untuk orang dewasa sudah dalam uji klinis lanjutan.
Tetapi belum ada percobaan yang dimulai di Amerika Serikat untuk menentukan apakah vaksin ini aman dan efektif untuk anak-anak.
“Saat ini saya cukup khawatir bahwa kami tidak akan memiliki vaksin yang tersedia untuk anak-anak pada awal tahun ajaran depan,” kata Dr. Evan Anderson, seorang dokter anak di Children's Healthcare of Atlanta dan seorang profesor di Emory University School of Medicine seperti dilansir dari Times of India.
Pada hari Jumat, Anderson dan rekan-rekannya menerbitkan sebuah komentar di jurnal Clinical Infectious Diseases di mana mereka meminta pembuat vaksin untuk bertindak bersama. Mereka memberi judul, "Warp Speed for COVID-19 Vaccines: Why are Children Stuck in Neutral?"
Pencarian vaksin COVID-19 dimulai segera setelah para peneliti mengisolasi virus pada Januari. Tim pengembang di seluruh dunia mulai membuat vaksin berdasarkan teknik yang berbeda.
Misalnya, beberapa menggunakan virus korona yang tidak aktif yang merangsang sistem kekebalan untuk membuat antibodi sendiri; yang lain mengirimkan gen virus ke dalam tubuh, memicu sel kekebalan untuk bertindak.
Begitu mereka siap untuk menguji vaksin tersebut, mereka mulai mengikuti jalur protokol ketat yang dikembangkan selama beberapa dekade untuk menentukan apakah suatu vaksin aman dan efektif. Vaksin memerlukan pengujian yang sangat ketat karena secara fundamental berbeda dari obat-obatan, yang ditujukan untuk sejumlah orang yang sakit dengan beberapa penyakit tertentu.
Baca Juga: Petugas Pemakaman Pasien Covid-19 di Tegal Diserang Warga
Sebaliknya, vaksin diberikan kepada jutaan orang sehat untuk mencegah mereka jatuh sakit. Setelah menguji vaksin pada hewan, pengembang memulai uji klinis pada manusia. Uji coba ini datang dalam tiga fase, dari kecil ke besar.
Uji coba fase 1 dan 2 memungkinkan pengembang vaksin mencari tahu dosis mana yang kemungkinan paling aman, sekaligus memberikan perlindungan kekebalan terbaik. Uji coba fase 3, tahap terakhir dalam pengujian vaksin, dilakukan pada ribuan atau puluhan ribu relawan.
Selama penelitian inilah para ilmuwan dapat memperoleh bukti yang jelas bahwa vaksin melindungi orang dari suatu penyakit. Mereka juga dapat mengungkapkan efek samping yang terlewat oleh penelitian yang lebih kecil.
Banyak vaksin - termasuk untuk campak, polio dan tetanus - dirancang sejak awal untuk diberikan kepada anak-anak. Dalam kasus seperti itu, pengembang vaksin biasanya akan memulai dengan uji coba pada orang dewasa untuk memeriksa masalah keamanan yang signifikan.
Hanya jika peneliti tidak menemukan efek samping yang serius barulah mereka akan mulai mengujinya pada anak-anak, seringkali dimulai dengan remaja, kemudian berlanjut hingga usia yang lebih muda. Pengembang vaksin sangat menyadari bahwa anak-anak bukan hanya miniatur orang dewasa.
Biologi mereka berbeda dalam hal-hal yang dapat mempengaruhi cara kerja vaksin. Karena saluran pernapasan mereka lebih kecil, misalnya, mereka rentan terhadap peradangan tingkat rendah yang mungkin tidak berbahaya bagi orang dewasa.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!