Suara.com - Dokter khusus presiden mengungkap bahwa Donald Trump harus dirawat dengan steroid setelah kadar oksigen turun pada hari Sabtu.
Dr. Sean Conley mengatakan pada konferensi pers pada hari Minggu bahwa dia diberi steroid dexamethasone atau deksametason ketika dia dirawat di rumah sakit di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed.
Conley mengatakan tingkat oksigen presiden telah turun menjadi 93 persem pada hari Sabtu. Dia mengatakan presiden tidak merasa sesak.
Tingkat oksigen darah Trump saat ini mencapai 98 persen, kata tim medis Trump.
Saturasi oksigen darah adalah penanda kesehatan utama bagi pasien virus corona. Pembacaan normal adalah antara 95 dan 100. Penurunan di bawah 90 mengkhawatirkan.
Dr. Brian Garibaldi, seorang spesialis perawatan kritis paru, mengatakan Trump menerima dosis kedua dari obat percobaan remdesivir bersama dengan dosis pertama deksametason Sabtu.
Kabar baiknya ia tidak menunjukkan efek samping apa pun.
“Menanggapi tingkat oksigen rendah sementara… kami memulai terapi deksametason, dan dia menerima dosis pertamanya kemarin,” kata Garibaldi saat konferensi pers di luar fasilitas. “Rencana kami adalah melanjutkannya untuk saat ini.”
Deksametason dan steroid diketahui meningkatkan kelangsungan hidup bila digunakan pada pasien rawat inap yang membutuhkan oksigen ekstra.
Baca Juga: Trump Kena Corona, Bikin Harga Emas Dunia Turun
Tetapi obat itu mungkin berbahaya bagi pasien yang tidak terlalu parah.
Studi Universitas Oxford menemukan steroid deksametason meningkatkan kelangsungan hidup COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan deksametason tidak direkomendasikan untuk kasus yang tidak parah; pedoman National Institutes of Health hanya merekomendasikan deksametason untuk pasien dengan COVID-19 yang menggunakan ventilator atau menerima oksigen tambahan.
Pedoman pengobatan COVID-19 Institut Kesehatan Nasional merekomendasikan agar tidak menggunakan deksametason pada pasien yang tidak membutuhkan oksigen.
Ini hanya terbukti membantu dalam kasus yang lebih serius. Di antara kekhawatiran dengan penggunaan sebelumnya adalah bahwa steroid merusak sel kekebalan tertentu, menghambat kemampuan tubuh sendiri untuk melawan infeksi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Kapan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2026? Simak Jadwalnya
- Tanah Rakyat Dijual? GNP Yogyakarta Geruduk DPRD DIY, Ungkap Bahaya Prolegnas UUPA
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis