Suara.com - Banyak anggapan yang menyebut bahwa memiliki anak di usia lanjut akan lebih berisiko dan berbahaya. Tapi sebuah penelitian terbaru justru menyatakan hal sebaliknya.
Dilansir dari New York Post, dalam sebuah studi baru, para peneliti menyarankan bahwa, setelah kelahiran anak terakhirnya, pengukuran tertentu dapat memprediksi harapan hidup seorang perempuan.
Penemuan ini dipublikasikan Rabu di jurnal Menopause. Pengukuran bekerja seperti bola kristal genetik.
Para peneliti telah lama mengetahui bahwa materi genetik yang disebut "telomer leukosit" sangat penting untuk menjaga kestabilan genom.
Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara panjang telomer dan kondisi kronis. Telomer yang lebih panjang dianggap menyiratkan kesehatan yang lebih baik.
Sedangkan telomer yang lebih pendek dapat menjadi tanda masalah termasuk diabetes tipe 2, kondisi neurologis, kanker, dan penyakit kardiovaskular.
Tetapi penelitian saat ini melangkah lebih jauh. Itu mengamati beragam 1.200 perempuan perimenopause dan postmenopause dan panjang telomer mereka.
Para peneliti kemudian mengkonfirmasi temuan dari studi yang lebih kecil sebelumnya, yang menemukan bahwa usia seorang perempuan setelah kelahiran anak terakhirnya memiliki hubungan positif dengan panjang telomer.
Dengan kata lain, perempuan yang melahirkan di kemudian hari lebih cenderung memiliki telomere yang lebih panjang, yang menyiratkan kesehatan dan umur panjang yang lebih baik.
Baca Juga: Bulu Kucing Pengaruhi Kesuburan Perempuan? Ini Faktanya
Pada tahun 2018, studi terpisah tentang telomere menemukan bahwa perempuan yang memiliki banyak anak dapat mengimbangi manfaat kesehatan terkait telomer dengan memiliki satu atau dua anak.
“Kami menemukan bahwa wanita yang memiliki lima anak atau lebih memiliki telomer yang lebih pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki, dan relatif lebih pendek dibandingkan dengan mereka yang memiliki satu, dua, tiga, atau empat, bahkan,” kata peneliti Anna Pollack pada saat itu.
Dalam laporan tahun 2004, para ilmuwan menemukan bahwa telomer memanjang dan memendek sebagai respons terhadap stres dan hubungan manusia dengan orang lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!