Suara.com - Monosodium glutamat (MSG) atau yang lebih sering disebut dengan micin, selalu disebut sebagai penyebab kesehatan yang buruk atau kebodohan bagi anak kecil.
Padahal, MSG juga terkandung di dalam tubuh, yakni berasal dari asam amino, senyawa organik yang penting untuk fungsi tubuh. Zat ini secara alami ada di dalam sebagian besar makanan, seperti keju, tomat, jamur, dan rumput laut.
Namun, MSG paling umum dikenal sebagai aditif makanan yang memiliki rasa ekstra gurih. Bahan ini diproduksi dengan memfermentasi pati, bit gula, tebu, atau molase.
MSG Tidak Buruk untuk Kesehatan Kita
Isu buruknya MSG berasal dari seorang dokter yang mengirim surat ke New England Journal of Medicine pada 1968 silam.
Dalam surat itu, ia mengaku mengalami gejala mual dan tekanan dada yang ia klaim berasal dari makanan China yang dikonsumsinya.
Kala itu, ia meyakini MSG adalah penyebabnya, menurut Insider. Anggapan itu kemudian jadi awal muda stereotip tentang MSG.
Insiden tunggal ini disusul dengan studi terhadap tikus yang menemukan adanya kerusakan otak setelah pemberian MSG dalam dosis tinggi. Hal ini mengarah pada gagasan populer bahwa mengonsumsi MSG akan mengakibatkan efek kesehatan yang buruk.
Namun, bertentangan dengan kepercayaan di masyarakat, sebenarnya MSG tidak buruk bagi kebanyakan orang.
Baca Juga: Benarkah Konsumsi Micin Picu Kebodohan? Ternyata Begini Faktanya!
Mayoritas penelitian menemukan bahwa MSG buatan manusia dimetabolisme yang sama seperti proses alami dan tidak menimbulkan risiko kesehatan.
Faktanya, BPOM AS menempatkan zat tersebut pada daftar GRAS, singkatan dari Generally Recognized as Safe yang berarti secara umum diakui aman.
"Sepanjang literatur, sebenarnya tidak ada bukti kuat bahwa MSG tidak sehat," kata Soo-Yeun Lee, PhD, seorang ilmuwan makanan, dan profesor di University of Illinois Urbana-Champaign.
Lee telah melakukan penelitian tentang rasa, termasuk terhadap MSG sebagai pengganti garam di dalam makanan. Ia justru menemukan, penggantian MSG dapat mengurangi kandungan natrium.
Kebanyakan orang mengonsumsi garam dua kali lebih banyak dari yang seharusnya. Nah, mengurangi asupan garam dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan risiko yang menyertainya, seperti stroke atau penyakit jantung.
Namun, sama seperti makanan lainnya, sebagian kecil orang mungkin memiliki reaksi negatif jangka pendek terhadap MSG dan mengalami gejala ringan. Orang-orang tertentu bisa saja merasa mual, pusing, kemerahan atau berkeringat, detak jantung cepat, hingga nyeri dada.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda