Suara.com - Dalam situasi pandemi, proses pembuatan vaksin dimungkinkan untuk dipercepat. Hal ini berbeda dengan situasi non pandemi yang butuh waktu hingga bertahun-tahun agar vaksin tersebut bisa digunakan oleh masyarakat.
Meski dibuat dalam waktu yang relatif cepat, Ahli Virologi Universitas Udayana Bali, Prof Ngurah Mahardika menegaskan bahwa aspek kemanan merupakan suatu hal yang tidak bisa dikompromi. Dengan kata lain, vaksin tersebut harus dipastikan aman sebelum beredar di masyarakat.
"Persyaratan pertama berdaya guna dulu orang divaksin menjadi kebal, kedua harus aman dan diuji dari masa pre klinis pada hewan, klinis fase 1 pada puluhan relawan, dan fase dua pada ratusan relawan, dan fase tiga pada ribuan relawan, itu semua aspek keamanan dan daya guna jadi perhatian serius," ujar Ngurah dalam webinar Forum Merdeka Barat 9, Senin, (2/11/2020).
Menurutnya, seluruh fase tersebut merupakan hal yang tidak bisa dikompromikan. Terlebih pada fase ketiga yang melibatkan relawan dalam jumlah yang cukup besar.
"Jadi relawan itu dia kembali ke masyarakat dan akan terpapar dan harus tidak ada respon yang berbahaya," ujar Ngruah.
Selain aspek tadi, hal lain yang juga perlu dipertimbangkan ialah aspek kemurnian. Artinya vaksin yang diproduksi tidak ada cemaran bakteri atau jamur atau lainnya,.
"Kemudian isinya memadai dan baku standar untuk vaksin yangg diharapkan, dan untuk proses kemanan akan dilakukan audit baik produksi sendiri maupun luar negeri, oleh sebab itu BPOM akan mengatur sebelum saat masa produksi dan setelah, dan diedarkan di masyarakat," kata Ngurah.
Semua itu dilakukan untuk menjamin vaksin itu aman dan berdaya guna. Hal lain yang juga jadi bahan pertimbangan ialah aspek kehalalan.
"Jadi proses aman itu panjang, dan kala menerima sampai ke dokter dan divaksin dan setelah beredar di masyarakat akan dimonitor sehingga vaksin ini benar-benar aman," kata dia.
Baca Juga: Sempat Positif Covid-19, Pangeran William Mengaku Sesak Napas?
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter