Suara.com - Tidak ada yang dapat memungkiri akan kelezatan nasi padang. Tapi dibalik segala kelezatannya, ada risiko penyakit diabetes yang mengintai.
Dalam keterangan pers yang diterima Suara.com, Jumat, (13/11/2020), dr. Yohan Samudra, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Tangerang menambahkan bahwa makanan berkalori tinggi seperti nasi goreng, kwetiau, nasi uduk, atau nasi padang yang cenderung dimakan dalam porsi besar akan memicu terjadinya diabetes.
Makanan itu juga bisa memicu penyakit metabolik lainnya seperti dislipidemia dan hipertensi.
Selain itu, makanan cepat saji (fast food) seperti burger, french fries, pasta, dan hot dog termasuk ke dalam ultra processed food yang tinggi gula, tinggi garam, dan tinggi lemak jenuh.
Ketiga hal ini berperan dalam meningkatkan risiko obesitas dan sindrom metabolik termasuk diabetes.
“Kue dan roti juga dapat menyebabkan potensi diabetes. Campuran tepung, gula, krim, isian selai berbagai rasa, dan lapisan cokelatnya membuat kita jadi terus ingin mengonsumsinya. Tidak hanya tinggi gula, roti dan donat juga tinggi kalori,” ujar dr. Yohan Samudra, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Tangerang.
Masyarakat juga perlu berhati-hati terhadap jajanan pasar seperti gorengan, risol, pastel, siomay, pempek, martabak, atau jenis jajanan pasar lainnya yang berbahan dasar tepung.
Ia mengatakan bahwa Jajanan pasar tersebut juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena diabetes.
“Bahkan, camilan kemasan berupa biskuit, wafer, atau krekers pada umumnya tinggi kalori dan tinggi gula. Beberapa kukis bahkan bisa mencapai 40 kkal dengan kandungan gula hingga 3 gram perbutirnya,” ujar dr. Yohan Samudra, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Tangerang.
Baca Juga: Ingin Langsing, Wanita Ini Nyaris Tewas karena Berhenti Suntik Insulin
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa masyarakat perlu memahami kadar minimal kalori dalam sebuah makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi.
Untuk minuman, sebaiknya masyarakat mengonsumsi minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, dan teh tanpa gula (atau sekitar 100 kkal jika ditambah gula 1 sendok makan).
"Untuk cemilan, sebaiknya asupan kalori yang dikonsumsi sekitar 150-200 kkal dan makanan utama di rentang 500-600 kkal. Tentu saja total asupan kalori setiap orang berbeda dan harus dihitung per individu, disesuaikan dengan tinggi badan, usia, aktivitas fisik, dan faktor stres masing-masing orang,” dr. Yohan Samudra, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital
Tangerang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular