Suara.com - Pangan lokal disebut menjadi kunci utama mencegah kerentanan makanan selama pandemi COVID-19.
Dilansir ANTARA, para pengamat yang mewakili pemerintah dan lembaga swasta sepakat, mengoptimalkan berbagai sumber pangan lokal yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, geografis dan pola masyarakat setempat bisa mengatasi kerentanan sistem pangan akibat pandemi COVID-19 dan perubahan iklim.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) dari Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Agung Hendriadi mengatakan, pemerintah daerah bisa berkoordinasi dengan pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan yang disesuaikan dengan kebudayaan pangan lokal daerah seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.
"Tiap-tiap provinsi terbiasa mengkonsumsi komoditas karbohidrat non-beras tertentu. Kita tinggal mendorong bagaimana meningkatkan produksi komoditas ini dan mengolahnya sehingga bisa dikonsumsi secara masif," ujar Agung dalam siaran persnya, Minggu.
Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi mencatat, selama pandemi, Indonesia menghadapi sederet tantangan terkait pangan, mulai dari distribusi pangan antar daerah, nilai tukar petani yang menurun, perubahan pola harga pangan akibat panic buying, hambatan distribusi bibit dan pupuk karena pembatasan sosial, serta penurunan beberapa harga komoditas pertanian.
"Distribusi pangan yang belum merata di Indonesia juga dikhawatirkan akan menyebabkan kelebihan atau kekurangan komoditas pangan di sejumlah daerah, yang terdampak secara logistik akibat pandemi maupun perubahan iklim. Peran pemerintah daerah dalam menjaga ketahanan pangan dapat dilakukan melalui urban farming, diversifikasi pangan yang mengurangi ketergantungan pada beras, serta monitoring ketahanan pangan dan harga pangan daerah," kata dia dalam siaran persnya, Minggu.
Agung mencatat, dalam dua bulan pertama pandemi misalnya, indeks ketahanan pangan Indonesia sempat turun menjadi 40,10 dari sebelumnya 44,10.
Menurut dia, ada kekagetan dari masyarakat yang mengurangi konsumsi pangan mereka. Tetapi hal sebaliknya terjadi pada April hingga Agustus yang ditandai adanya peningkatan indeks ketahanan pangan.
Di sisi lain, ada pendapat yang menyatakan impor bukan solusi menjaga ketahanan pangan.
Baca Juga: Kisah Pengrajin Kayu, Tak Harapkan Untung di Tengah Pandemi
Menurut Ketua SDGs Network dari Institut Pertanian Bogor, Dr. Bayu Krisnamurthi, ketergantungan pada impor justru akan membahayakan jika terjadi krisis (pandemi) berkepanjangan.
"Kita harus berbasis pada local economic development, khususnya pada level desa dan lurah, serta memberikan dukungan kepada produsen lokal. Inilah yang akan membuat pangan kita memiliki ketahanan yang lebih tinggi," kata dia.
Senada dengan Agung, dia menilai Indonesia dapat memiliki ketahanan pangan selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) kedua yaitu "Tanpa Kelaparan" jika sistem pangan berkelanjutan (sustainable food system) yang mengacu pada kearifan dan budaya pangan lokal diterapkan secara terencana dan konsisten.
Terkait pangan lokal, Bernadia berpendapat, pemerintah harus dapat memastikan akses masyarakat terhadap pangan tetap terjaga, dengan mengendalikan distribusi dan logistik pangan dan menjaga stabilitas harga.
Tidak hanya itu, dia berharap pemerintah daerah sebagai aktor utama pencapaian TPB di daerah turut berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan di daerahnya masing-masing, salah satunya seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Pariaman dalam memanfaatkan lahan sebagai kebun tanaman dan kolam ikan bagi masyarakat.
Berita Terkait
-
Prabowo Dukung Penuh Polri Tanam Jagung: Langkah Berani Lawan Krisis atau Salah Fokus?
-
Jaga Harga Bahan Pokok, BI Terus Tingkatkan Ketahanan Pangan
-
Imbas Dana Transfer ke Jakarta Dipangkas Rp15 Triliun, Pembangunan Rusun hingga GOR Terancam Ditunda
-
Ketua DPD RI Serahkan Bantuan Alsintan dan Benih Jagung, Dorong Ketahanan Pangan di Padang Jaya
-
Pemerintah Janji Maret 2026 Pelaksanaan MBG Tanpa Risiko Satu Orang Pun
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
Terkini
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan
-
Dukung Ibu Bekerja, Layanan Pengasuhan Modern Hadir dengan Sentuhan Teknologi
-
Mengenalkan Logika Sejak Dini: Saat Anak Belajar Cara Berpikir ala Komputer
-
Cuaca Panas Ekstrem Melanda, Begini Cara Aman Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi
-
Stop Cemas Anak Nonton Gadget! Tayangan Ini Hadir Jadi Jembatan Nilai Positif di Era Digital
-
Rahasia Seragam Medis Masa Depan Terungkap: Kolaborasi yang Mengubah Industri Tekstil Kesehatan!
-
Melihat dengan Gaya, Ini Cara Baru Menikmati Penglihatan yang Sehat
-
Banyak Perempuan Takut Skrining Kanker Payudara, Cek Kesehatan Gratis Nggak Ngaruh?
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?