Suara.com - Luka yang sulit sembuh hingga berisiko harus diamputasi menjadi masalah tersendiri yang dapat memperparah kondisi pengidap diabetes.
Tindakan amputasi diharapkan menjadi langkah medis terakhir yang dilakukan saat luka mengalami infeksi.
Dikatakan oleh Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitas dr. Christa Adriane Tenges Sp. K.F.R., risiko amputasi sangat bisa diminimalisir.
"Banyak hal yang bisa dilakukan agar kaki tidak diamputasi. Semakin cepat diketahui, ditangani, kita selalu mengharapkan untuk tidak diamputasi," kata dokter Christa dalam talkshow bersama Radio Kesehatan Kemenkes, Kamis (3/12/2020).
Dokter Christa menerangkan, luka yang semakin parah hingga harus diamputasi itu disebabkan karena kadar gula darah yang tidak terkontrol. Semakin tinggi kadar gula dalam darah, maka luka akan semakin cepat menjadi parah mulai dari hitungan bulanan hingga mingguan.
"Tetapi kalau misalnya gula darah sudah terkontrol diharapkan perbaikan luka akan makin baik. Jadi tahap akhir amputasi bisa jauh lebih panjang lagi," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa kemungkinan luka menjadi parah itu berisiko dialami oleh pasien diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Luka yang sudah infeksi juga bisa menyebar ke area lain karena mengikuti aliran darah.
"Jadi kalau di kaki dia akan menyebar ke atas dan kalau makin ke atas makin bahaya. Apalagi kalau infeksi sudah sistemik atau menyebar ke seluruh tubuh. Justru amputasi itu dilakukan agar mencegah infeksi tidak menyebar lebih luas. Itu dilakukan kalau memang penanganan yang dikerjakan belum berhasil atau terlambat penanganan awal," paparnya.
Oleh karena itu, pencegahan paling utama pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya. Dokter Christa mengingatkan, jika sudah mengonsumsi obat tapi luka belum juga membaik segera diperiksakan ke dokter.
Baca Juga: Merasa Lapar Berlebihan? Kenali 5 Masalah Kesehatan yang Menyebabkannya
"Mungkin akan ada revisi dari obat-obatannya atau pun ada pola hidup yang harus diganti," kata dokter Christa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda