Suara.com - Remaja yang hobi konsumsi makanan cepat saji atau junk food mungkin bisa mengalami masalah kerusakan jangka panjang pada otak. Hal ini dinyatakan dalam penelitian baru yang dilakukan Cassandra Lowe, J. Bruce Morton dan Amy Reichelt dari BrainsCAN.
Melansir dari Medical Xpress, temuan ini menunjukkan pentingnya mengubah perilaku dan membentuk kebiasaan remaja untuk makan makanan sehat sejak dini demi meminimalkan perubahan struktur otak.
"Remaja lebih cenderung makan makanan padat kalori dan tinggi gula karena mereka tidak memiliki kendali untuk mengaturnya," kata Lowe, seorang sarjana postdoctoral BrainsCAN.
"Otak mereka masih berproses menjadi dewasa sehingga mereka lebih sensitif terhadap sifat-sifat dari makanan. Tapi, pada saat yang sama, mereka kekurangan mekanisme kontrol untuk mencegah diri mereka sendiri makan junk food," imbuhnya.
Selama masa remaja, korteks prefrontal atau area otak yang terlibat dalam pengaturan diri, pengambilan keputusan sedang berkembang, sehingg membuat remaja sulit menolak makanan yang tidak sehat. Sampai area otak ini matang, remaja lebih cenderung mengambil melakukan hal yang impulsif.
"Korteks prefrontal adalah area terakhir dari otak yang berkembang. Ini adalah bagian otak yang sangat penting untuk regulasi perilaku; itu adalah manajer otak," kata Reichelt, seorang sarjana postdoctoral BrainsCAN.
Di sisi lain, konsumsi makanan padat kalori seperti junk food yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi korteks prefrontal, termasuk mengubah pensinyalan dan penghambatan dopamin.
Neurotransmitter dopamin dilepaskan saat sistem penghargaan otak diaktifkan. Dopamin dapat diaktifkan dengan berbagai cara termasuk interaksi sosial, serta makan makanan padat kalori.
Ketika sistem otak terlalu distimulasi dengan diet tidak sehat di usia remaja, maka dapat mengakibatkan kontrol kognitif buruk dan meningkatkan perilaku impulsif saat mereka beranjak dewasa. Hal ini menunjukkan pentingnya mengubah perilaku dan kebiasaan sehat sejak dini untuk meminimalkan perubahan pada otak.
Baca Juga: 4 Manfaat Pola Makan Vegan, Termasuk Menekan Risiko Kanker
"Olahraga bisa menjadi salah satu cara mengatur perubahan di otak yang dapat membantu kita membuat pilihan makanan yang lebih baik," kata Lowe.
"Ada bukti bahwa olahraga dapat membantu meningkatkan kemampuan otak dalam hal kontrol kognitif," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke