Suara.com - Psikolog Meneleos Apostolou dari Universitas Nicosia, Siprus, yang melakukan penelitian dengan rekan-rekannya di Shanghai, China, mengungkapkan alasan utama pasangan menjadi jarang atau berhenti berhubungan seks adalah karena memudarnya antusiasme untuk melakukannya.
Hal ini diketahui setelah ratusan sukarelawan memberi rincian tentang kehidupan seks mereka. Survei tersebut mengidentifikasi 78 kesulitan yang dihadapi pasangan untuk menghidupkan kehidupan ranjang mereka.
Di antara 1.099 orang yang ikut serta, alasan paling umum adalah hilangnya antusiasme, alasan yang diberikan oleh 32 peserta.
Kedua merupakan kurangnya waktu dan ruang pribadi, dengan banyak peserta mengatakan merasa tertekan harus terus melaporkan keberadaan mereka atau yang mereka lakukan. Ternyata, 'memberi kabar' seperti ini mampu membunuh hasrat seksual.
Ketiga adalah jam kerja yang panjang, dan keempat adalah seks yang buruk, peserta mengangganya sebagai ketidakcocokan seksual dengan pasangan mereka dan ketidaksepakatan tentang seberapa sering mereka berhubungan seks.
Seks yang buruk lebih banyak disebutkan oleh wanita daripada laki-laki dalam survei ini. Dilansir Mirror, berikut daftar alasan mengapa pasangan mulai tidak bergairah untuk berhubungan seks:
1. Antusiasme memudar (32%)
2. Kurangnya waktu dan ruang pribadi (31%)
3. Jam kerja panjang (30%)
4. Seks yang buruk (29%)
5. Perselingkuhan dan pelecehan (24%)
6. Masalah karakter (24%)
7. Clinginess (terlalu bergantung) (22%)
8. Anak-anak (20%)
9. Kurang usaha (18%)
10. Tidak monogami (16%)
11. Masalah lingkaran sosial (15%)
Mereka yang dulunya monogami menyalahkan ketidakmampuan mereka untuk menahan godaan, membandingkan pasangan mereka saat ini dengan mantan atau bosan berhubungan seks dengan orang yang sama.
Masalah perilaku umumnya mencakup masalah seperti minum-minuman beralkohol dan berjudi.
Baca Juga: Pakai Sabun atau Pembersih Organ Intim, Ini 5 Tips Sehat Bersihkan Vagina
Hampir 70% orang peserta penelitian, yang terbit dalam jurnal akademis Evolutionary Psychology, mengatakan setidaknya satu faktor dari daftar di atas telah memengaruhi kehidupan seks mereka, dengan 41% menunjuk pada tiga atau lebih faktor.
Apostolou mengatakan bahwa memiliki dan menjaga hubungan intim merupakan inti dari kehidupan kebanyakan orang. Namun, banyak orang menghadapi kesulitan yang cukup besar dalam melakukannya.
"Kesulitan dalam menjaga hubungan intim berpotensi menyebabkan rasa sakit emosional yang cukup besar. Mengidentifikasi kesulitan ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya dan meningkatkan kesejahteraan emosional," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
Terkini
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan
-
BPOM Edukasi Bahaya AMR, Gilang Juragan 99 Hadir Beri Dukungan
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?
-
Susu Tanpa Tambahan Gula, Pilihan Lebih Aman untuk Anak