Suara.com - Sejumlah negara saat ini memang tengah mengembangkan vaksin Covid-19 milik mereka sendiri. Salah satu yang ikut mengembangkan ialah Australia.
Tapi, baru-baru ini Australia disebut menghentikan produksi vaksin Covid-19 buatan mereka sendiri secara tiba-tiba. Lantas, apa sebabnya?
Dikutip dari ANTARA, Australia menghentikan pengembangan vaksin itu setelah uji coba menunjukkan vaksin itu dapat mengganggu diagnosis HIV, kata para pengembang.
Inokulasi yang sedang dikembangkan oleh Universitas Queensland (UQ) dan pembuat vaksin CSL, salah satu dari empat kandidat yang dikontrak oleh pemerintah Australia, dihentikan setelah "tes diagnostik HIV tertentu" memberikan hasil positif palsu.
Kabar baiknya memang tidak ada efek samping serius yang nampak dalam uji coba Fase 1 dari 216 peserta. Data menunjukkan antibodi yang telah dikembangkan mengganggu diagnosis HIV.
Kondisi itu menyebabkan hasil positif palsu pada beberapa tes HIV, CSL mengatakan. Atas hasil tersebut pemerintah Australia telah menghentikan uji coba vaksin Fase 2 dan Fase 3.
"Hasil ini menyoroti risiko kegagalan yang terkait dengan pengembangan vaksin dini, dan penilaian ketat yang terlibat dalam pengambilan keputusan tentang penemuan yang maju," kata Andrew Nash, kepala petugas ilmiah CSL.
Vaksin Australia dapat direkayasa ulang tetapi untuk melakukannya akan memakan waktu 12 bulan lagi.
"Meskipun ini adalah keputusan yang sulit untuk diambil, kebutuhan mendesak akan vaksin harus menjadi prioritas setiap orang," kata Paul Young seorang profesor Universitas Queensland yang ikut memimpin proyek vaksin.
Baca Juga: Panel Penasihat AS Beri Lampu Hijau untuk Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech
Meski demikian, CSL dikabarkan akan memproduksi 20 juta dosis vaksin tambahan yang dikembangkan oleh AstraZeneca Plc Inggris, di atas 30 juta yang sudah diproduksi.
Sementara itu pemerintah juga telah mendapatkan lebih banyak dosis vaksin Novavax, yang telah memiliki kontrak pasokan dengan mereka.
Australia juga memiliki perjanjian dengan Pfizer untuk 10 juta dosis vaksin COVID-19, dengan regulator negara diharapkan menyetujuinya pada Januari 2021.
"Vaksin Universitas Queensland tidak akan dapat dilanjutkan berdasarkan saran ilmiah, dan itu tidak lagi menjadi bagian dari rencana vaksin Australia," kata Perdana Menteri Scott Morrison kepada wartawan, Jumat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda