Suara.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa banyak penyintas virus corona Covid-19 yang masih mengalami masalah kesehatan berkepanjangan meski sudah dipulangkan dari rumah sakit enam bulan yang lalu.
Masalah kesehatan yang dimaksud seperti kelelahan, insomnia, depresi, kecemasan, hingga penurunan fungsi paru-paru. Peneliti menemukan ini terjadi pada lebih dari tiga perempat peserta studi, yang memiliki setidaknya satu gejala.
Studi yang terbit Jumat pekan lalu di jurnal Lancet ini melibatkan evaluasi langsung terhadap 1.733 penyintas yang dulunya dirawat di Rumah Sakit Jin Yin-tan, Wuhan, China, selama rata-rata dua minggu, dari 7 Januari hingga 29 Mei 2020.
Para pasien, yang rata-rata berusia 57 tahun, diberi pemeriksaan fisik, tes laboratorium dan ukuran standar ketahanan dan kapasitas aerobik yang disebut 'tes berjalan enam menit'.
Masalah yang paling umum adalah kelelahan atau kelemahan otot, dialami oleh 63% penyintas. Sekitar seperempat dari mereka melaporkan kesulitan tidur dan 23% mengaku merasakan kecemasan atau depresi.
"Ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang, jauh lebih banyak dari yang dibayangkan pada populasi umum, menunjukkan gejala yang berdampak," kata pemimpin studi, Steven Deeks, profesor kedokteran di Universitas California, San Francisco.
"Dan yang terpenting, tidak ada gejala khusus, ada banyak hasil berbeda, seperti masalah kesehatan mental dan paru-paru dan masalah kualitas hidup," sambungnya, dilansir New York Times, Selasa (12/1/2021).
Para peneliti tidak menilai fungsi kognitif atau neurologis penyintas. Mereka juga tidak melaporkan apakah penyintas mengalami kecemasan atau depresi sebelum tertular.
Mereka juga menemukan beberapa penyintas yang dulunya memiliki dungsi ginjal normal saat dirawat, justru menunjukkan indikasi fungsi ginjal berkurang.
Baca Juga: Anji Tolak Buat Gerakan Anti Vaksin Covid-19, Ini Alasannya
Penelitian ini hanya melibatkan penyintas yang dulunya tidak begitu sakit parah, meski 75% memang masih membutuhkan oksigen, bukan ventilator.
Laporan masalah kesehatan ini sedikit lebih umum terjadi pada wanita, sengan 81% melaporkan setidaknya satu masalah kesehatan, dibandingkan 73% pria.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?