Suara.com - Kekerasan atau pelecehan seksual sering kali terjadi, terutama pada wanita. Akhir-akhir ini kasus mengenai kekerasan seksual banyak dibicarakan di masyarakat. Namun, penanganan kasus kekerasan seksual tidak begitu baik.
Padahal, kekerasan seksual dapat memiliki efek psikologis, emosional, dan fisik pada korban. Efek ini tidak hanya bisa sembuh dengan melihat pelakunya dipenjara. Biasanya korban kekerasan seksual akan mengalami trauma berat pada hidupnya. Selain itu, pelecehan seksual dapat menyebabkan berbagai dampak lain, antara lain:
1. Depresi
Seseorang yang mengalami kekerasan seksual biasanya mengalami depresi. Dari penelitian, salah satu penyebab seseorang depresi yaitu karena diskriminasi atau kekerasan seksual yang dialaminya.
2. Gangguan stress pasca trauma
Gangguan stres pascatrauma biasanya membuat seseorang memiliki perasaan cemas, stres, dan takut yang berlebih. Hal ini membuatnya selalu merasa takut berada di lingkungan luar. Ia akan terus terbayang kejadian yang menyakitinya. Biasanya hal ini terjadi karena trauma, seperti kekerasan seksual.
3. Menyakiti diri sendiri
Orang yang mengalami pelecehan seksual biasanya secara sengaja akan melukai dirinya sendiri. Hal ini karena ia benci dengan dirinya sendiri. Biasanya, korban pelecehan seksual akan melukai dirinya secara diam-diam.
4. Terkena penyakit kelamin menular
Baca Juga: Lengkap! Isi PP Kebiri yang Berlaku Mulai 7 Desember 2020
Selain mengganggu mental korban, kekerasan seksual bisa menyebabkan terinfeksi bakteri atau virus yang ditularkan pelaku. Penyakit ini terjadi karena kontak kelamin atau melalui anal dan oral.
5. Menggunakan narkotika
Biasanya depresi yang dialami korban dapat membuatnya memutuskan menggunakan narkotika. Korban kekerasan seksual menggunakan narkotika dengan tujuan untuk menghilangkan pikiran atas peristiwa yang menimpa dirinya.
6. Disosiatif
Korban kekerasan seksual biasanya akan disosiatif, yaitu kondisi menjauhi diri dari lingkungannya. Hal ini terjadi karena trauma yang dialaminya. Ia akan merasa malu dan menarik dirinya dari lingkungan masyarakat.
7. Serangan panik
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja