Suara.com - Indonesia akan genap berusia 100 tahun tepat pada tahun 2045 mendatang. Menjelang usia satu abad itu, Indonesia diproyeksikan akan mengalami bonus demografi yang dipercaya menjadi kunci untuk menuju Generasi Emas Indonesia.
"Ada alasan kuat kita harus optimistis bahwa Indonesia akan menjadi negara maju tepat pada saat bangsa ini berumur satu abad. Alasannya, ialah karena penduduk Indonesia saat itu akan mengalami bonus demografi," ungkap Wakil Presiden Ma'ruf Amin, saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, secara online beberapa waktu lalu.
Namun, Generasi Emas 2045 seperti yang dicita-citakan Wapres Ma'ruf Amin bisa jadi tinggal mimpi jika banyak anak Indonesia saat ini mengalami kekurangan zat besi.
Hal itu terbukti, dalam Riset Kesehatan Dasar 2018, disebutkan bahwa satu dari tiga anak Indonesia anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia. Padahal, menurut penelitian Grantham-MCGregor S tahun 2010, 50 hingga 60 persen kejadian anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.
“Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 tersebut ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita,” ujar Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin dalam diskusi virtual bertajuk, “Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju” pada 17 Desember 2020 lalu.
"Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia, yang nantinya akan menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat dari kekurangan zat besi. Sehingga, dapat menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri," kata Arif menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, juga mengatakan bahwa zat besi memiliki peran penting pada tubuh anak, terutama untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Nurul menjelaskan, bahwa asupan zat besi yang tidak adekuat dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak sehingga dalam jangka panjang. Kondisi itu dapat berakibat menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku pada anak.
“Salah satu penyebab utama terjadinya kekurangan zat besi adalah kurangnya konsumsi asupan makanan kaya zat besi, terutama dari sumber hewani seperti daging merah, hati, ikan, dan ayam. Jika tidak ditangani, gangguan ini bisa jadi permanen," kata Nurul.
Baca Juga: Balita Diberi Campuran Telur Mentah dan Susu, Ibu Ini Diprotes Warganet
Sementara itu, Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. juga menjelaskan bahwa kekurangan zat besi tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak.
"Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti kesulitan menganalisa dan mengambil kesimpulan, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif," kata Anna Surti.
Anna juga melanjutkan, jika kekurangan zat gizi ini terus berlanju, kelak saat memasuki usia sekolah, anak rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa rentan jadi sulit bersaing di dunia kerja. Hambatan ini nantinya juga dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi.
Meski demikian, kekurangan zat besi dapat dicegah dengan memberikan anak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, bayam, dan susu pertumbuhan yang difortifikasi.
Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan asupan vitamin C pada anak karena vitamin tersebut membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?