Suara.com - Menopause atau berhentinya siklus haid bulanan pada perempuan usia emas adalah hal yang pasti terjadi.
Namun hal yang perlu diketahui adalah, menopause tidak terjadi secara tiba-tiba.
Dokter spesialis obgyn dr. Gita Pratama. Sp.OG. (K)., menjelaskan bahwa perempuan akan mengalami premenopause terlebih dahulu sebelum akhirnya benar-benar berhenti haid.
Menurutnya, kebanyakan perempuan menopause saat usia 45-55 tahun. Sebelum usia itu, maka akan terjadi masa transisi atau premenopause.
"Paling jelas usia 45 tahun ke atas ditandai mulai tidak teratur haid. Kalau perempuan menuju masa menopause akan mengalami perpendekan siklus. Biasanya 30 hari sekali, jadi 25 hari atau 24 hari," jelas dokter Gita, Minggu (31/1/2021) kemarin,.
Setelah jeda haid memendek, kemudian akan berganti jadi semakin lama. Dokter Gita menjelaskan, pada perempuan yang sedang premenopause jeda haid juga akan memanjang.
Misalnya sebelumnya masih satu bulan sekali lalu jadi tiga bulan sekali, enam bulan sekali. "Semakin memanjang sampai akhirnya stop," lanjut dokter Gita.
Perpanjangan siklus haid itu disebabkan jumlah hormon estrogen yang terus menurun akibat sel telur yang jumlahnya juga kian sedikit. Dokter Gita memaparkan bahwa perempuan akan memiliki sekitar 2 juta sel telur saat lahir.
Tetapi saat masa pubertas, sekitar usia 12 tahun, jumlah sel telur berkurang sangat signifikan jadi sekitar 500 ribu. Kemudian berkurang terus tiap bulan hingga usia 38 tahun jadi sekitar 25 ribu sel telur.
Baca Juga: Ini Alasan Anemia Lebih Berisiko Dialami Perempuan Haid dan Ibu Hamil
"Dan nanti berkurang lagi sampai usia 50 tahun hanya sekitar seribu sel telur. Karena sel telur sudah sangat sedikit, maka produksi estrogen atau hormon utama pada perempuan sangat menurun. Maka kalau estrogen sudah sangat turun munculah gejala-gejala," paparnya.
Selain siklus haid yang berubah, ada gejala fisik lain yang bisa dialami perempuan jelang menopause. Meski begitu, menurut Gita, gejala menopause sebenarnya tidak benar-benar khas.
"Gejalanya banyak, kadang sangat tidak khas. Banyak perempuan mengalami keringat malam, nyeri persendian, nyeri otot, penurunan libido, bahkan sampai perubahan mood yang disebabkan estrogen yang berkurang," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
Terkini
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak