Suara.com - Penelitian tentang manfaat sel punca sebagai obat Covid-19 tengah dilakukan di Indonesia.
RSUD dr Moewardi Surakarta melakukan penelitian sel punca, biasa juga disebut stem cell, sebagai bagian dari terapi perkembangan, pertumbuhan, dan perbaikan sel atau jaringan pada tubuh pasien COVID-19.
"Sel punca adalah sel yang belum terdiferensiasi sehingga memiliki kemampuan untuk berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi sel-sel lain yang lebih spesifik pada tubuh manusia," kata Direktur RSUD dr Moewardi Cahyono Hadi di Solo, dilansir ANTARA.
Ia mengatakan sel punca mampu memperbaharui diri dengan membelah, kemudian berdiferensiasi menjadi sel-sel, jaringan, dan organ tubuh yang lebih spesifik.
Selain itu, dikatakannya, sel punca juga memiliki efek parakrin, yaitu mengeluarkan cairan yang berisi growth factor dan beberapa kemokin serta exosome yang di antaranya berfungsi sebagai antiinflamasi, antifibrosis, dan imunomudulator.
"Dengan sifatnya sebagai antiperadangan dan 'immunomodulatori' diharapkan mampu mencegah badai sitokin pada COVID-19 sehingga akan menghambat perburukan dan kematian dari pasien ini serta lama rawat inap menjadi lebih singkat," katanya.
Ia mengatakan untuk sel punca sendiri dapat berasal dari sumsum tulang, lemak, tali pusat, plasenta atau jaringan lain.
Namun, di antara ini, sel punca yang berasal dari tali pusat menjadi pilihan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi COVID-19.
Beberapa alasan penggunaan tali pusat salah satunya karena tali pusat merupakan salah satu sumber terkaya sel punca.
Baca Juga: CEK FAKTA: Qusthul Hindi Bermanfaat Sembuhkan Covid-19?
"Tali pusat memiliki konsentrasi sel punca yang tinggi. Selain itu, sumber sel punca yang luas, sel punca dari tali pusat memiliki waktu penggandaan yang cepat, dapat diperluas secara efisien di laboratorium, dan dapat diekstraksi secara noninvasif," katanya.
Ia mengatakan penelitian juga dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan pemberian intravena alogenik sel punca mesenkimal normoksia dari satu donor tali pusat (ASPMN-TP) sebagai terapi adjuvan pada pasien COVID-19 derajat berat, dengan jumlah sampel 42 pasien yang dibagi dalam 3 pusat.
"Produk ASPMN-TP yang digunakan berasal dari PT Bifarma Adiluhung yang sudah memiliki sertifikasi cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, penelitian tersebut merupakan suatu penelitian "multicenter randomized controlled, open label trial" yang dilakukan di tiga rumah sakit, yaitu RSUD dr Moewardi, RSUP dr Sardjito Yogyakarta, dan RSUP dr Hasan Sadikin Bandung.
Pihaknya memperkirakan penelitian akan berlangsung selama satu tahun dari saat awal pengerahan subjek sampai dengan akhir masa "follow-up".
Berita Terkait
-
BPOM Gerebek Praktik Stem Cell Ilegal Berkedok Dokter Hewan, Pelaku Dosen Universitas di Jogja
-
Terobosan Medis! Stem Cell dan Secretome Pulihkan Ginjal Akut?
-
Feni Rose Jalani Stem Cell di China, Satu Kali Sesi Perawatan Bisa Puluhan Juta?
-
Terobosan Baru Pelayanan Stem Cell di Indonesia: Kolaborasi Celltech dan RSPPN
-
Kolaborasi dengan Profesor China, Richard Lee Bakal Buka Laboratorium Stem Cell di Indonesia
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis