Suara.com - Dalam uji coba vaksin Covid-19 AstraZeneca baru-baru ini diketahui bahwa vaksin buatan Oxford tersebut dapat bekerja pada anak-anak.
Sekitar 300 sukarelawan anak mengambil bagian dengan vaksinasi pertama uji coba yang berlangsung hingga akhir Februari 2021 lalu.
Vaksin tersebut merupakan satu dari dua yang digunakan untuk melindungi penyakit serius dan kematian akibat Covid-19 di Inggris, bersama dengan Pfizer-BioNTech.
Sebanyak 240 anak akan menerima vaksin sebagai kontrol meningitis jab saat uji coba berlangsung.
Relawan tinggal di dekat salah satu dari empat lokasi studi Universitas Oxford, Rumah Sakit Universitas St George, London, Rumah Sakit Universitas Southampton dan Rumah Sakit Kerajaan Bristol untuk anak-anak, diminta untuk mendaftar.
Mengutip dari BBC, Andrew Pollard, profesor infeksi dan kekebalan pediatrik dan kepala peneliti uji coba vaksin Oxford mencatat bahwa sebagian besar anak relatif tidak terpengaruh oleh Covid-19 dengan kemungkinan kecil memiliki risiko.
Namun, ia mengatakan penting untuk menetapkan respon keamanan dan kekebalan terhadap vaksin pada anak-anak dan remaja, karena beberapa anak mendapat manfaat dari vaksinasi Covid-19.
Saat ini tidak ada rencana bagi anak-anak untuk divaksinasi dengan Oxford-Astrazeneca di Inggris, karena hanya diizinkan untuk mencegah Covid-19 pada orang yang berusia 18 atau lebih.
Wakil kepala medis Inggris, Prof Jonathan Van-Tam, mengatakan kepada ITV News beberapa uji klinis sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin yang aman dan efektif pada anak-anak, dengan mengatakan ada kemungkinan akan ada beberapa vaksin anak-anak yang berlisensi pada akhir tahun.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Belum Bisa jadi Syarat Perjalanan di Masa Pandemi
Sementara itu, vaksin Pfizer-BioNTech hanya diizinkan bagi mereka yang berusia di atas 16 tahun. Dari daftar prioritas vaksin juga mengecualikan bagi yang berusia di bawah 16 tahun, secara klinis sangat rentan.
Universitas Oxford mengatakan, uji coba ini merupakan pertama vaksin Covid-19 pada kelompok usia enam hingga 17 tahun. Kekinian, uji coba lain telah dimulai tetapi hanya mengukur kemanjuran pada mereka yang berusia 16 dan 17 tahun.
Royal College of Paediatrics and Child Health mengatakan ada bukti Covid-19 dapat menyebabkan kematian dan penyakit parah pada anak-anak, namun gejala tersebut jarang terjadi.
Hal ini dijelaskan dengan adanya beberapa bukti bahwa anak-anak mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk tertular infeksi Covid-19.
Peran anak-anak dalam penularan, begitu mereka tertular infeksi, tidaklah jelas, meski tidak ada bukti bahwa usia anak lebih menular daripada orang berusia dewasa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
Terkini
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia