Suara.com - Guinea, negara di Afrika Barat, mengumumkan telah terjadi epidemi virus Ebola pada Minggu (14/2) waktu setempat. Epidemi itu diumumkan setelah ada laporan kematian tiga orang dan empat lainnya dirawat di rumah sakit akibat infeksi virus ebola.
Epidemi itu tentu menambah beban berat bagi sistem kesehatan Guinea yang sudah kesulitan menangani pandemi Covid-19. Meski begitu, sebagaimana dilaporkan Reuters, infeksi Ebola memang jauh lebih mematikan daripada virus corona, tetapi tidak ditularkan oleh inang yang asimtomatik atau orang tanpa bergejala.
Epidemi Ebola terakhir terjadi di Guinea pada 2016. Ketika itu wabah menyebabkan kematian hingga 11.300 orang. Negara berpenduduk 12 juta jiwa, yang juga termasuk negara termiskin di dunia, masih dalam proses mendirikan pusat perawatan untuk menangani potensi peningkatan jumlah pasien. Sedangkan wabah telah terjadi di wilayah tenggara negara tersebut.
Kepala Badan Keamanan Kesehatan Nasional Sakoba Keita mengatakan kepada Washington Post bahwa para pejabat berusaha bekerja dengan cepat dalam melacak orang-orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan individu yang terinfeksi.
Surat kabar itu mengatakan bahwa Guinea juga tengah memerangi wabah demam kuning dan campak.
"Kami menghadapi empat epidemi pada saat yang sama," kata Keita.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang menyiapkan persediaan darurat global sekitar 500.000 dosis vaksin Ebola untuk membantu atasi wabah di kemudian hari. Tetapi saat ini baru 7.000 dosis vaksi yang tersedia.
"Ada alat dan sistem yang dapat dimobilisasi dengan cepat untuk menangani kasus ini. Kuncinya adalah kecepatan, memastikan orang berada di tempat yang mereka butuhkan," kata Donald Brooks, kepala eksekutif Inisiatif Eau, kelompok yang berfokus pada air dan sanitasi yang bekerja dalam membangun sistem tanggap darurat kesehatan masyarakat di Afrika Barat.
Baca Juga: PBB Tetapkan Tanggal 27 Desember sebagai Hari Kesiapsiagaan Epidemi Dunia
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?