Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu menyatakan wabah penyakit Ebola (EVD) di Republik Demokratik Kongo (DRC) berstatus darurat kesehatan.
Status darurat ini masuk dalam kategori Darurat Kesehatan Publik dan Keprihatinan Internasional atau A Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Deklarasi tersebut menyusul pertemuan keempat Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional sejak wabah itu diumumkan pada 1 Agustus 2018.
Dalam sebuah pernyataan, WHO mengatakan bahwa sejak dideklarasikan hampir setahun yang lalu, wabah telah diklasifikasikan sebagai darurat tingkat 3 - yang paling serius, memicu tingkat mobilisasi tertinggi dari organisasi itu.
WHO menambahkan bahwa PBB juga telah mengakui keseriusan darurat dengan mengaktifkan Peningkatan Skala Sistem Kemanusiaan untuk mendukung respon terhadap wabah Ebola.
“Ini tentang ibu, ayah dan anak-anak, terlalu sering seluruh keluarga terjangkit. Inti dari semua ini adalah tragedi komunitas dan individu,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ghebreyesus menegaskan bahwa PHEIC tidak boleh digunakan untuk menstigmatisasi atau menghukum orang yang sangat membutuhkan bantuan.
Wabah Ebola
Menurut WHO, virus Ebola telah membunuh 1.668 orang di Kongo sejak wabah menyebar pada Agustus 2018, dengan epidemi terbatas pada daerah Beni dan Butembo, timur laut negara itu.
Baca Juga: Wabah Ebola di Kongo Bikin Khawatir Negara Tetangga
Prancis menegaskan bahwa epidemi itu adalah yang paling serius yang pernah terjadi di dunia, setelah ancaman global Afrika Barat pada 2014, yang menewaskan lebih dari 11.300 orang dan menginfeksi sekitar 28.600 lainnya di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone.
Ebola adalah demam tropis yang muncul pertama kali pada 1976 di Sudan dan DRC, yang dapat ditularkan ke manusia dari hewan.
Virus ini juga dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh, orang yang terinfeksi, atau orang yang meninggal karena virus.
Sumber: Anadolu
Berita Terkait
-
Wabah Ebola di Kongo Bikin Khawatir Negara Tetangga
-
Cerita Pilu Pengungsi Kongo, Melawan Dingin Demi Lari dari Peperangan
-
Ebola Mendekat, Pemerintah Sudan Selatan Perketat Layanan Kesehatan
-
Polusi Suara dan Udara jadi Landmark Kota, Membelah Neraka bernama Kinshasa
-
Ebola Telan Korban Jiwa di Uganda, Satu Anak Meninggal
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD