Suara.com - Kanker prostat hingga kini masih menjadi salah satu penyakit yang mengancam masyarakat, khususnya laki-laki di Indonesia. Prevalensi penyakit kanker prostat sendiri cukup tinggi yakni 11 dari 100 ribu.
Bahkan, penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian pada laki-laki. Sayangnya, seringkali sulit ntuk mengenali penyakit ini pada stadium awal.
Gejala baru dirasakan ketika kanker sudah memasuki stadium akhir sehingga seringkali kanker prostat disebut sebagai silent killer. Oleh sebab itu, dalam webinar, Rabu, (16/2/2021), dokter spesialis urologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr. Marto Sugiono, Sp.U penting bagi siapapun terutama pria untuk lebih berhati-hati terutama jika memiliki faktor risiko tertentu antara lain riwayat keluarga, ras, dan usia.
Lantas, bagaimana cara mengenali kanker prostat sejak awal?
“Skrining rutin kanker prostat biasanya melalui prosedur pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA) dalam darah yang dilanjutkan dengan pemeriksaan Digital Rectal Exam (DRE) atau lebih dikenal dengan istilah colok dubur. ” jelas dokter spesialis urologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr. Marto Sugiono, Sp.U.
Ia melanjutkan, bahwa jika Jika kadar PSA tinggi dan prostat membesar, pasien perlu perhatian lebih karena dicurigai kanker prostat. Untuk diagnosis lebih pasti, biasanya akan dilengkapi pemeriksaan biopsi untuk mengetahui kanker atau tidak,
"Rangkaian pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi secara akurat dan tepat keberadaan sel kanker prostat sehingga pertumbuhan sel kanker dapat diketahui lebih dini dan tidak menyebar semakin luas," kata Marto.
Marto mengatakan, bahwa dalam penanganan kanker prostat, bisa melalui layanan kemoterapi komprehensif dan profesional.
Lebih jauh, ia juga menyampaikan bahwa salah satu cara menghindari kanker prostat selain menerapkan pola hidup bersih dan sehat sejak dini adalah melakukan deteksi dini.
Baca Juga: Kak Seto Jalani Operasi Biopsi Kanker Prostat, Begini Prosedurnya
Dengan skrining rutin, keberadaan kanker prostat dapat diketahui lebih awal sehingga penderita dapat mendapatkan penanganan lebih cepat dan tepat yang membuat peluang kesembuhan juga lebih besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan