Suara.com - Seto Mulyadi kini harus menjalani perawatan untuk diagnosis kanker prostat yang dialaminya. Ia mengumumkan bahwa dirinya mesti menjalani biopsi kanker prostat.
Semua kabar itu diumumkan melalui akun Instagram miliknya beberapa waktu lalu. Di tengah kabar yang dialami Kak Seto, sebuah penelitian mengabarkan bahwa imunoterapi bisa menjadi harapan bagi para pasien kanker prostat.
Hal ini merupakan temuan analisis jangka panjang uji klinis fase 3 internasional, yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal terkemuka European Urology.
Studi tersebut menunjukkan bahwa kelangsungan hidup secara keseluruhan 2 - 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Melansir dari Science Daily, menurut ahli onkologi Michael Krainer dari Departemen Kedokteran I di Rumah Sakit Umum MedUni Vienna, respon imun yang diaktifkan kembali dapat membantu tubuh untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Dalam uji coba klinis fase 3 global pertama dari CPI pada kanker prostat CA184-043, hasil jangka panjangnya telah dipublikasikan di European Urology.
Uji coba baru-baru ini melibatkan total 799 pria. Hal itu dilakukan secara global di Amerika Serikat, Kanada, Amerika Selatan, Australia dan negara-negara bagian Eropa.
Meskipun dalam analisis pertama yang direncanakan, kelangsungan hidup pada kelompok yang diobati tidak signifikan, sedangkan analisis terbaru menunjukkan bahwa kelangsungan hidup jangka panjang setelah 3, 4 dan 5 tahun adalah dua - tiga kali lebih tinggi pada kelompok imunoterapi.
Mengingat hasil jangka panjang yang baru, Krainer mengatakan, imunoterapi sangat menjanjikan dan dapat digunakan, misalnya, ketika pilihan kemoterapi telah habis.
Baca Juga: Mengenal Penyebab dan Gejala Kanker Prostat yang Diderita Kak Seto Mulyadi
Hal ini dapat berguna untuk memulainya pada tahap awal, karena pengobatan tersebut lebih efektif jika hanya terdapat sedikit kanker dan pasien dalam keadaan kesehatan yang baik.
“Kami adalah kelompok pertama di Austria yang memperoleh pengalaman berharga, dan kami sekarang mencoba memasukkan imunoterapi ke dalam pengobatan dalam konteks klinis internasional,” paparnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke