Suara.com - Salah satu efek yang paling tidak dipahami dari infeksi Covid-19 adalah kabut otak atau brain fog. Kondisi ini menunjukkan gejala sejenis kebingungan mental yang dapat terjadi di antara pasien yang sakit parah, kadang-kadang bertahan lama setelah pemulihan.
Melansir dari Medicinenet, sebuah studi baru menemukan kemungkinan petunjuk neurologis dalam bentuk kelompok sel yang sangat tidak biasa di otak orang yang menderita Covid-19.
"Yang kami bicarakan adalah situasi di mana pasien merasa tidak jelas dan berkabut dalam pikiran mereka," kata pemimpin penulis studi Dr. David Nauen.
"Itu adalah saat Anda sangat lelah dan lesu membuat aktivitas mental Anda sepertinya tidak bekerja sekeras dan setajam biasanya," jelasnya.
Peneliti awalnya mengira kondisi ini terjadi karena virus memengaruhi otak yang terkadang menyebabkan konsekuensi neurologis parah. Dalam hal ini, Nauen dan rekan-rekannya mulai menganalisis otak pasien Covid-19 yang meninggal.
Antara April hingga Mei 2020, autopsi dilakukan pada otak 15 pasien Covid-19 yang dipilih secara acak, serta pada dua pasien yang belum terinfeksi. Hasilnya cukup mengejutkan, sebab tidak ditemukan tanda penyakit virus dalam otak seperti peradangan dan limfosit (sel darah putih).
"Sebaliknya, kami melihat sel-sel yang tidak biasa di kapiler yang disebut megakariosit di mana belum pernah saya lihat di otak," kata Nauen.
Megakariosit adalah sel yang biasanya hidup di sumsum tulang, tempat membuat sel darah merah dan sel darah lainnya. "Tapi sangat, sangat tidak biasa melihatnya di kapiler otak, karena kapiler seperti tabung kecil yang membawa oksigen ke seluruh otak. Jadi menemukan megakariosit di tabung ini seperti menemukan bola sepak yang dimasukkan ke dalam pipa yang sangat kecil di rumah Anda," imbuhnya.
Penemuan ini dipublikasikan secara online 12 Februari di JAMA Neurology.
Baca Juga: Mau Divaksin Covid-19 Tapi Takut Disuntik? Ini Saran dari Psikiater
Nauen menekankan bahwa terlalu dini untuk mengkarakterisasi temuan ini sebagai bukti sebab dan akibat. Namun, peneliti mengakui bahwa penjelasan studi ini cukup masuk akal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Naik!
-
IHSG Berpeluang Menguat Hari Ini, Harga Saham INET dan BUVA Kembali Naik?
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
Terkini
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern