Suara.com - Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa sistem kekebalan secara langsung menghubungkan kepribadian dan risiko kematian jangka panjang. Penelitian ini diterbitkan pada Brain, Behavior, and Immunity.
Melansir dari Mdlinx, penelitian yang dipimpin oleh University of Limerick telah mengungkapkan bahwa sistem kekebalan secara langsung menghubungkan kepribadian dengan risiko kematian jangka panjang. Studi ini menyoroti mengapa ada orang yang cenderung hidup lebih lama.
"Kepribadian diketahui terkait dengan risiko kematian jangka panjang, ini adalah penemuan yang direplikasi dengan baik yang diamati di berbagai penelitian internasional," jelas Peneliti Utama pada penelitian Dr. Páraic Ó Súilleabháin, dari Departemen Psikologi dan Institut Penelitian Kesehatan di University of Limerick, Irlandia.
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang mendapat skor lebih rendah pada sifat kepribadian conscientiousness (kecenderungan untuk bertanggung jawab, terorganisir, dan mampu mengendalikan diri) meningkatkan 40 persen risiko kematian di masa depan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang mendapat skor lebih tinggi.
"Yang tidak jelas adalah bagaimana hal ini bisa terjadi dan yang terpenting, jalur biologis apa yang mungkin bertanggung jawab atas hubungan ini," tambah Dr. Ó Súilleabháin.
Dipimpin oleh Dr. Ó Súilleabháin, penelitian ini dilakukan dengan tim kolaborator dari Departemen Psikologi di UL, Departemen Psikologi di Universitas Virginia Barat, Departemen Psikologi di Universitas Humboldt Berlin, dan Fakultas Kedokteran di Florida State Universitas.
Menurut Dr. Ó Súilleabháin sebagian alasan mengapa orang yang memiliki skor lebih tinggi pada ciri kepribadian hati nurani hidup lebih lama adalah karena sistem kekebalan mereka, khususnya karena tingkat penanda biologis yang lebih rendah yang disebut interleukin-6.
"Temuan ini sangat penting dan mengidentifikasi untuk pertama kalinya bahwa penanda biologis yang mendasari secara langsung menghubungkan kepribadian dengan risiko kematian jangka panjang. Dengan replikasi, temuan ini memberikan kesempatan untuk intervensi di masa depan untuk meningkatkan umur panjang dan kesehatan kita di sepanjang umur," Dr. . Ó Súilleabháin menambahkan.
Baca Juga: Akhirnya Terungkap Penyebab Kematian Firaun
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda