Suara.com - Orang dengan kecemasan bisa mengalami demensia hingga tiga tahun lebih awal daripada orang yang tak pernah mengalaminya. Selain kecemasan, orang yang depresi juga mungkin mengalami demensia dua tahun lebih awal.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah mental disebut bisa berpengaruh pada percepatan timbulnya penyakin demensia. Hal ini dinyatakan dalam studi yang akan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan ke-73 American Academy of Neurology yang diadakan pada 17-22 April 2021.
Melansir dari Medpage Today, selain gangguan kejiwaan yang paling umum seperti depresi dan kecemasan, penelitian ini juga memeriksa riwayat gangguan bipolar, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan skizofrenia.
Dari 1.500 orang dalam penelitian dengan penyakit Alzheimer, 43 persen memiliki riwayat depresi, 32 persen mengalami kecemasan, 1,2 persen gangguan bipolar, 1 persen PTSD, dan 0,4 persen skizofrenia.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kombinasi dari riwayat kesehatan mental juga berpengaruh pada percepatan munculnya gejala demensia. Dalam hal ini mereka dengan dua kondisi kejiwaan mengalami gejala 3,3 tahun lebih awal.
Sementara mereka dengan tiga atau lebih gangguan kejiwaan mengalami gejala 7,3 tahun lebih awal daripada mereka yang tidak memiliki kondisi mental.
"Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak gangguan kejiwaan seperti depresi dan kecemasan pada perkembangan penyakit Alzheimer (jenis paling umum penyakit demensia) dan apakah pengobatan dan pengelolaan depresi dan kecemasan dapat membantu mencegah atau menunda penyakit," kata penulis studi Zachary A. Miller, MD, dari University of California, San Francisco.
Miller menyatakan hipotesis awal mereka mengenai hubungan antara masalah kesehatan mental dan demensia adalah adanya aktivitas dalam tubuh di mana menyebabkan peradangan saraf yang lebih besar.
"Kami berhipotesis bahwa presentasi depresi pada beberapa orang mungkin dapat mencerminkan beban peradangan saraf yang lebih besar," kata Miller.
Baca Juga: Merasa Kesepian? Rutin Menelepon selama 10 Menit Dapat Mengatasinya lho!
"Sementara kehadiran kecemasan mungkin menunjukkan tingkat hipereksitabilitas neuronal yang lebih besar di mana jaringan di otak terlalu terstimulasi, berpotensi membuka target terapeutik baru untuk pencegahan demensia," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi