Suara.com - Tanggal 3 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pendengaran Sedunia atau World Hearing Day (WHD). WHD 2021 dirayakan dengan tema Hearing Care for All.
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P Kemenkes RI) Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan jika gangguan pendengaran jadi penyebab tertinggi keempat kasus disabilitas secara global.
Dr. Maxi khawatir jika dibiarkan dan tidak segera di atasi, khususnya di Indonesia, kasus penyakit gangguan pendengaran akan terus bertambah, bahkan bisa mencapai 900 juta jiwa di 2050 di seluruh dunia.
"Apabila gangguan pendengaran tidak ditangani secara serius, diperkirakan terjadi peningkatan jumlah penyakit gangguan pendengaran pada 2030 diperkirakan 630 juta orang. Bahkan mencapai lebih dari 900 juta orang pada tahun 2050," ujar Dr. Maxi dalam temu virtual acara peringatan Hari Pendengaran Sedunia, Selasa (2/3/2021).
Termasuk jika kasus gangguan pendengaran di Indonesia dibiarkan terus menerus, maka akan semakin menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan menurunkan daya saing antar negara.
Bahkan bisa menambah beban negara, dengan kerugian mencapai 750 miliar USD per tahun untuk setiap negara. Acuan ini berdasarkan riset yang telah dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
"Data WHO 2018 menunjukkan bahwa sekitar 466 juta atau 6,1 persen orang dari seluruh dunia mengalami gangguan pendengaran. Di dalamnya terdiri dari 432 juta atau 93 persen penduduk dewasa dan 34 juta atau 7 persen anak-anak," ungkap Dr. Maxi.
"Diperkirakan sepertiga penduduk manusia di atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran," sambungnya.
Menanggulangi ini, menurut Dr. Maxi, pemerintah sudah mengaturnya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2020, tentang Penganggulangan Gangguan Pengelihatan dan Gangguan Pendengaran
Baca Juga: Minum Secangkir Kopi Sehari Mengurangi Risiko Gangguan Pendengaran
"Sekitar 60 persen gangguan pendengaran pada anak usia di bawah 15 tahun, harusnya dapat dicegah dengan deteksi dini dan penanganan yang cepat," paparnya,
Adapun sederet langkah untuk mencegah gangguan pendengaran yang berisiko menyebabkan tuli di antaranya seperti:
- Hindari bising yang berlebihan dari perangkat audio, paparan bising di sekolah, tempat kerja hingga di tempat hiburan.
- Melakukan praktik bersih dan sehat. Seperti mengonsumsi makanan kaya protein, seperti ikan dan kacang-kacangan. Juga makanan yang menagndung kalium dan magnesium seperti pisang, alpukat, brokoli, hingga bawang putih. Kemudian praktik hidup bersih ialah tidak sembarangan membersihkan telinga dengan cotton bud yang bisa melukai telinga.
- Lakukan skrining pendengaran di Posbindu atau fasilitas layanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas.
- Melakukan vaksinasi rubella atau saat ini disebut dengan vaksin MR pada ibu hamil, mencegah kejadian bayi lahir tuli, karena ibu yang terinfeksi bakteri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan