Suara.com - Radang usus buntu atau apendisitis merupakan kondisi peradangan pada usus buntu. Penyakit ini biasa ditandai dengan sakit perut di sebelah kanan.
Radang usus buntu bisa terjadi pada siapapun, dan bisa terjadi karena usus buntu yang tersumbat oleh kotoran, benda asing, ataupun kanker. Penyumbatan pada akhirnya menimbulkan infeksi, sehingga usus jadi membengkak.
Dilansir dari Webmd, ini dia beberapa gejala yang timbul ketika seseorang mengalami apendisitis.
- Muncul rasa nyeri di bawah perut bagian kanan
- Kehilangan selera makan
- Mual dan muntah segera setelah sakit perut dimulai
- Perut membengkak
- Demam
- Tidak bisa buang gas
- Muncul rasa sakit dan sulit saat buang air kecil
- Kram pada perut
- Sembelit atau diare dengan gas
Gejala apendisitis mirip dengan berbagai penyakit lain. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis apendisitis, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
- Pemeriksaan perut
- Tes urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
- Pemeriksaan rektal
- Tes darah untuk melihat apakah tubuh sedang melawan infeksi
- Pemindaian CT
Untuk mengobati apendisitis, dokter mungkin akan melakukan pengangkatan usus buntu. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi yang memperparah kondisi tersebut. Sebelum melakukan operasi pengangkatan, seseorang akan diminumkan antibiotik untuk melawan infeksi. Setelah melakukan pengangkatan usus buntu, seseorang juga berisiko mengalami komplikasi, seperti:
- Muntah yang tidak terkontrol
- Meningkatnya nyeri perut
- Pusing
- Darah dalam muntahan atau air kencing
- Demam
- Nanah di luka
Jika hal ini terjadi, usahakan untuk menghubungi dokter secepatnya agar mendapat perawatan yang tepat. Jika terlambat, kondisi ini dapat menyebabkan peritonitis, yaitu peradangan serius pada lapisan rongga perut (peritoneum). Hal ini juga berisiko menyebabkan hal fatal seperti kematian jika tidak mendapat pengobatan antibiotik segera.
Apendisitis tidak dapat dicegah. Peradangan yang muncul pada usus buntu bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Untuk itu, cegah dengan konsumsi makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran yang baik untuk sistem pencernaan tubuh. (Fajar Ramadhan)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?