Suara.com - Tanggal 11 Maret selalu diperingati sebagai Hari Ginjal Sedunia atau World Kidney Day. Hari Ginjal Sedunia telah diadakan sejak 2006 lalu, yang tak hanya diperingati oleh kalangan medis dan pasien ginjal saja tetapi juga selebritis dan masyarakat umum.
Untuk memperingati Hari Ginjal Sedunia, masyarakat diminta untuk menjalankan gaya hidup sehat dan meningkatkan pencegahan serta melakukan deteksi dini ke fasilitas layanan kesehatan.
Hari Ginjal Sedunia juga bertujuan untuk mengkampanyekan pentingnya kesehatan ginjal, serta pentingnya meningkatkan kualitas hidup.
"Ini untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pentingnya kesehatan ginjal, juga menurunkan jumlah orang yang sakit ginjal, serta mengurangi dampaknya bagi kesehatan," ungkap Dr. Aida Lydia, PhD., Sp-PD-KGH, Rabu (10/3/2021).
Lewat presentasinya, Aida menunjukkan satu dari sepuluh orang dengan penyakit ginjal kronik tidak menyadari penyakitnya. Hal ini dijelaskan karena gejala tahap awal biasanya tidak dirasakan pasien.
Menurut data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan, prevalensi penyakit ginjal kronik adalah dua per seribu penduduk.
“Kalau kita lihat, bagaimana angka-angka pasien baru terus meningkat. Peningkatan ini dirasakan dari adanya cover biaya BPJS Kesehatan, yaitu dari 2014 kita lihat seperti ini, dan pada tahun 2019 dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia sekitar 266 juta, maka kita mendapatkan pasien baru itu diperkirakan 258 per juta penduduk, dan pasien yang aktif 696 per juta penduduk,” paparnya.
Di sisi lain, pasien yang menjalani hemodialisis atau cuci darah akibat masalah ginjal paling banyak dilakukan oleh masyarakat usia produktif, yaitu usia 45-54 tahun yang menempati urutan terbanyak, dan diikuti oleh kelompok usia 55-64 tahun.
"Jadi kita bisa membayangkan bagaimana usia yang produktif ini juga akan berkendala dalam pekerjaannya sehari-hari," jelasnya.
Baca Juga: Waspada, Diabetes Bisa Sebabkan Masalah Ginjal dan Tekanan Darah
Mengenai pembiayaan untuk hemodialisis di Indonesia, sebagian besar atau 93 persen pasien dibiayai oleh BPJS. Selain itu, sebagian kecil dibiayai oleh perusahaan, asuransi, maupun dibiayai secara pribadi.
Ia juga memaparkan data dari BPJS Kesehatan tahun 2019 di mana gagal ginjal menempati urutan keempat terbesar yang memakan biaya BPJS Kesehatan.
"Kami mendapatkan data dari BPJS Kesehatan tahun 2019, bahwa gagal ginjal ini menempati urutan ke empat terbesar yang menghabiskan biaya BPJS Kesehatan, di mana pada tahun 2019 itu dikeluarkan sebanyak 2,3 triliun, biaya terbesar setelah penyakit jantung, kanker, dan juga stroke," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern