Suara.com - Setelah didiagnosa mengidap gagal ginjal sejak 2014, Nono Wahyono (68), warga Dusun Pangauban, Desa Margamekar, Sumedang, Jawa Barat harus bertemu jarum dan selang darah demi menjaga stabilitas fungsi ginjalnya. Meskipun begitu, ia tak patah semangat untuk melanjutkan hari-harinya sebagai pedagang kelontong di depan rumahnya.
“Sempat beberapa kali drop, kemudian pulih. Hari-hari saya memang terasa berat awalnya, tapi karena ada isteri, saya kembali tegar. Saya terus berdoa buat kebaikan saya dan keluarga. Saya selalu yakin, semua ujian ini pasti ada hikmahnya," katanya saat dirawat, Rabu (16/12/2020).
Menurutnya, setiap kali ia cuci darah, maka diperlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk satu kali menjalani cuci darah, tambah Nono, pasien gagal ginjal harus membayar biaya pelayanan sekitar Rp 1 juta. Biaya tersebut belum termasuk biaya lainnya, apabila memerlukan obat-obatan tambahan atau perawatan tambahan lainnya di rumah sakit.
Pasien gagal ginjal merasa khawatir dengan biaya yang harus dikeluarkan, tapi kekhawatiran itu sirna, terutama yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN - KIS). Program ini menanggung penuh biaya cuci darah pasien gagal ginjal sesuai prosedur yang berlaku.
"Semuanya gratis. Saya cuma mengandalkan Kartu JKN - KIS dari BPJS Kesehatan. Meski harus membayar tiap bulan, saya merasa tidak keberatan, karena saya selalu tertolong dari biaya yang sangat besar. Saya gak tahu lagi harus bayar bagaimana karena biayanya sudah pasti puluhan juta,” katanya.
Seiring dengan terbantunya Nono dengan Program JKN - KIN, ia berharap program yang dikelola oleh BPJS Kesehatan itu akan terus hadir di tengah-tengah masyarakat dan memberikan segudang manfaat. Menurut Nono, sejak kehadiran JKN - KIS, banyak masyarakat yang tertolong dan terasa mudah untuk mengakses layanan kesehatan.
“Yang pasti, saya bersyukur ada BPJS Kesehatan. Programnya membantu sekali. Saya bisa cuci darah dengan tenang. Mungkin sudah ratusan kali tapi pelayanan di rumah sakit tetap nyaman. Tidak pernah sekalipun saya harus membayar, semuanya gratis. Program ini harus terus ada, karena memang manfaatnya yang luar biasa. Apalagi biaya cuci darah yang tergolong mahal, bisa lebih ringan karena ada BPJS Kesehatan,” bilangnya.
Berita Terkait
-
Menderita Hipolakemia, Massita Tenteram Jadi Peserta JKN - KIS
-
Cuci Darah Ditanggung JKN-KIS, Adi : Manfaatnya Lebih Besar
-
Rendy Bebas Biaya Operasi Batu Ginjal karena JKN - KIS
-
JKN - KIS Dampingi Penderita Kelenjar Tiroid sampai Sembuh
-
Peserta Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan Dilayani Tanpa Dibedakan
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina