Suara.com - Pada Februari 2021, Badan Pengawan Obat dan Makanan Amerika Serikat FDA mengeluarkan persetujuan darurat untuk vaksin COVID-19 satu dosis yang dikembangkan oleh anak perusahaan Johnson & Johnson, yaitu Janssen Biotech.
Seperti halnya dua vaksin mRNA yang disetujui pada Desember 2020 lalu, vaksin J&J diklaim memiliki efek samping ringan yang dapat ditangani, yaitu dengan istirahat atau dengan obat pereda nyeri yang dijual bebas.
Melansir dari Healthline, tercatat ada lebih sedikit kasus reaksi alergi penggunaan vaksin J&J, dibanding dengan vaksin Moderna-NIAID dan Pfizer-BioNTech.
Meski vaksin J&J melaporkan pada bulan Februari, dua peserta uji klinis mengalami reaksi alergi yang parah setelah divaksinasi.
Sebelum FDA mengeluarkan Otorisasi Penggunaan Darurat (EUA) untuk vaksin J&J, para ilmuwan telah meninjau uji klinis fase 3.
Dr. Bruce Y. Lee, Public Health Computational and Operations Research, mengatakan efek samping dari vaksin J&J tersebut terbagi dalam dua kategori utama.
"Pertama dari reaksi di tempat suntikan. Biasanya nyeri, kemerahan pada kulit, atau bengkak di tempat suntikan. Dan yang kedua, ada efek samping sistemik gejala, seperti flu kelelahan, nyeri otot, mual, dan kemungkinan bisa demam," ungkapnya.
Data dari uji klinis menunjukkan, sekitar setengah dari orang yang menerima vaksin mengalami reaksi. Tapi, nyeri di tempat suntikan merupakan yang paling sering dilaporkan yang terjadi.
Selain itu, efek setelah vaksinasi J&J termasuk nyeri dan kemerahan yang bisa berlangsung selama dua hari bahkan membengkak selama tiga hari.
Baca Juga: Gula Darah Turun, Wabup Bogor Disuntik Dosis Vaksin
Durasi efek samping vaksinasi ini bervariasi, namun kurang dari dua persen orang yang mengalami efek samping yang berlangsung lebih dari tujuh hari.
Selain itu, efek samping parah yang jarang terjadi, kurang dari satu persen orang yang mengalami nyeri tersebut. Sebagian orang bahkan mengalami kemerahan, yaitu di bagian kulit setelah disuntik.
Semua efek samping ini telah dilaporkan lebih sering terjadi pada orang yang berusia 18-59 tahun, dibanding dengan orang yang berusia 60 tahun bahkan lebih.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda