Suara.com - Sejumlah orang diperkirakan mengalami kegemukan atau kenaikan berat badan rata-rata 0,5 kg per bulan selama masa penguncian akibat pandemi Covid-19 pada Maret dan April tahun lalu.
Penelitian dilakukan oleh Universitas California untuk mengamati hampir 7.500 pengukuran berat badan dari 269 peserta antara 1 Februari sampai 1 Juni 2020. Para peserta merupakan bagian dari Health eHeart Study Amerika Serikat dan menjalani pengukuran berat badan dengan timbangan pintar yang terhubung dengan Bluetooth.
"Rata-rata, berat badan mereka naik sekitar 0,6 pon (0,2 kg) setiap 10 hari atau 1,8 pon (0,8 kg) per bulan selama masa penguncian," kata ahli jantung Dr. Gregory Marcus, salah satu penulis penelitian dan profesor kedokteran di The University of California, San. Francisco.
Menurut para peneliti, penambahan berat badan ini tidak dipengaruhi dengan lokasi geografis seseorang. Dalam penelitian yang diterbitkan di JAMA Network Open itu disebutkan bahwa selama orang mengurung diri di dalam rumah telah menurunkan jumlah langkah hariannya dan meningkatkan konsumsi makanan berlebih.
Kedua faktor itu yang menurut para ahli jadi penyebab utama peningkatan berat badan selama pandemi. Selama penguncian, banyak yang beralih ke makanan berkalori tinggi seperti permen atau pizza untuk menghilangkan stres saat tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Terlebih karena bekerja dari rumah memungkinkan dapur mudah dijangkau sepanjang hari untuk mengakses makanan.
Sebagaimana pandemi telah mengubah kebiasaan makan, hal itu juga berdampak pada kebiasaan olahraga, kata Dr. Caroline Apovian, wakil direktur Pusat Manajemen Berat dan Kesehatan di Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston.
Orang-orang yang biasa berolahraga di gym jadi kehilangan akses. Juga aktivitas fisik harian, seperti berjalan dari tempat parkir ke kantor, beberapa orang tidak mendapatkan lagi melakukannya selama pandemi.
"Makan adalah salah satu kesenangan hidup, dan pandemi itu sangat membuat stres. Dapat dimengerti bahwa kami makan lebih banyak makanan yang menenangkan, lebih sering, dan dalam jumlah yang lebih banyak," ucapnya dikutip dari CNN.
Namun, penting untuk menyadari konsekuensi kesehatan akibat makan berlebuh. Indeks massa tubuh atau BMI yang tinggi mungkin tidak mempengaruhi syarat kesehatan untuk mendapatkan vaksin Covid-19, tetapi bukan berarti tubuh sehat.
Baca Juga: Penemuan Ini Ungkap Alasan Kegemukan Lebih Rentan Terkena Covid-19
Jika kenaikan berat badan terjadi secara signifikan dan permanen, kemungkinan akan terjadi dampak kesehatan yang lebih luas bagi masyarakat.
"Artinya, ada konsekuensi kesehatan lain yang tidak diinginkan terkait dengan pandemi yang dapat memperumit situasi yang sudah berisiko," katanya.
Kondisi itu karena obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko penyakit parah akibat Covid-19, dengan obesitas berpotensi melipatgandakan risiko rawat inap karena Covid-19, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern