Suara.com - Vaksinasi mulai dilakukan di banyak negara termasuk Indonesia. Tak sedikit orang pula yang menanyakan, bolehkah konsumsi pereda nyeri usai atau sebelum vaksinasi untuk mencegah efek samping.
Dalam hal ini, menurut pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menujukkan bahwa Anda hanya boleh konsumsi pereda nyeri setelah vaksinasi. Jangan meminumnya sebelum suntikan vaksin untuk mencegah gejala kecuali disarankan oleh dokter.
Vaksin bekerja dengan mengelabui tubuh agar mengira bahwa ia memiliki virus dan memasang pertahanan untuk melawannya. Hal itu dapat menyebabkan nyeri lengan sementara, demam, nyeri otot, atau gejala peradangan lainnya.
Melansir dari Healthshots, obat pereda nyeri dikhawatirkan bisa mengekang respons sistem kekebalan yang ingin dipacu oleh vaksin.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat penghilang rasa sakit tertentu termasuk ibuprofen (Advil, Motrin, dan merek lain) dapat mengurangi respons sistem kekebalan. Sebuah penelitian pada tikus menunjukkan bahwa obat ini dapat menurunkan produksi antibodi yang menghalangi virus menginfeksi sel.
Penelitian lain menemukan bahwa obat penghilang rasa sakit dapat mengurangi respons terhadap beberapa vaksin masa kanak-kanak.
"Sehingga banyak dokter anak merekomendasikan agar orangtua menghindari memberikan obat kepada anak-anak sebelum suntikan, namun berikan saja setelah suntikan jika diperlukan," kata Dr. William Schaffner, pakar penyakit menular di Vanderbilt University.
CDC baru-baru ini memperbarui panduannya untuk merekomendasikan obat penghilang rasa sakit sebelum suntikan Covid-19. Obat tersebut dapat dokonsumsi setelahnya jika ada gejala efek samping dan jika Anda tidak memiliki kondisi medis lain yang menghalangi penggunaan obat ini.
"Konsultasikan sebelum Anda konsumsi obat penghilang rasa sakit," kata Jonathan Watanabe, seorang apoteker di University of California, Irvine.
Baca Juga: Kejar Vaksinasi Covid-19 untuk Herd Immunity
"Jika Anda ingin meredakan gejala setelah disuntik, asetaminofen (Tylenol) lebih baik karena bekerja dengan cara yang berbeda dari beberapa obat penghilang rasa sakit lainnya," imbuhnya.
Alih-alih konsumsi peredanyeri, CDC menawarkan tip lain untuk mengurangi efek samping seperti mengompres bagian yang disuntik dan melatih lengan jika efek samping terjadi di are suntukan. Jika efek samping yang muncul adalah demam, maka minumlah banyak cairan dan kenakan pakaian yang ringan.
"Hubungi dokter Anda jika kemerahan atau nyeri di lengan meningkat setelah satu hari atau jika efek samping tidak hilang setelah beberapa hari," imbau CDC.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia