Suara.com - Pandemi Covid-19 membuat anak dengan autisme harus mengalami penghentian terapi, karena khawatir menyebarkan virus. Alhasil, banyak orangtua harus merelakan anaknya tidak mendapatkan terapi.
Lalu bagaimana cara melakukan terapi anak dengan autis di rumah tanpa bantuan terapis?
1. Permainan di rumah bisa menstimulasi anak autis
Menurut Orthopedagog, Nuryanti Yamin salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menstimulasi anak autis, agar jangan sampai kemampuannya menurun tanpa terapi ialah dengan cara bermain.
Tidak perlu permainan yang rumit, tapi permainan yang sesuai dengan usia anak yang bisa menstimulasi kemampuan anak tersebut. Contohnya seperti permainan lempar tangkap bola, yang bisa melatih saraf motorik dan kemampuan berpikir anak.
"Lempar tangkap bola aja, orangtua bisa memberikan stimulasi motorik, kapan anak nangkep inisiatif responsif. Lalu instruksi ayok dek tangkap, walau main bola aja," ungkap Nuryanti saat dihubungi suara.com, Jumat (2/4/2021).
Nuryanti yang juga seorang Terapis Ahli anak berkebutuhan khusus di Drisana Center mengatakan, tidak butuh waktu lama untuk bermain dengan anak autis untuk menstimulasi, melainkan hanya butuh waktu 1 hingga 2 jam, namun dengan catatan harus rutin dan konsisten.
"Setiap hari bermain bersama anak, rasanya tidak terlalu susah, dengan keterampilan kemampuan sebagai orangtua aja, mengakomodir kebutuhan anak, memperkenalkan mainan," terangnya.
2. Biasakan anak autis mengerjakan tugas rumah dengan rutin
Baca Juga: Fakta-fakta Penting Tentang Autisme yang Harus Semua Orang Tahu
Selain bermain, meminta dan melibatkan anak dalam tugas rumah tangga juga sama baiknya untuk merangsang kebutuhan stimulus dan perkembangan anak dengan autis.
Nuryanti mengatakan tidak perlu tugas yang rumit, cukup tugas ringan dan mudah seperti menyusun piring untuk makan bersama, mematikan lampu, menyiram tanaman, hingga menyusun dan merapikan sepatu.
"Itu kan pekerjaan yang simpel, jadi dilibatkan anak-anak ini di sekitar mereka, sehingga mereka juga punya rutinitas tetap terjaga. Khususnya ketika mereka tidak ada rutinitas spesifik seperti sebelum pandemi, yang harus sarapan, pergi ke sekolah, terapi dan sebagainya," pungkas Nuryanti.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!