Suara.com - Viral beberapa pengguna TikTok menceritakan kisah mereka saat didiagnosis dengan fibroadenoma mammae (FAM), jenis tumor jinak di payudara.
Salah satunya adalah pengguna @Aluhhh. Dalam unggahannya awal Maret lalu, ia mengungkapkan didiagnosis denga FAM pada 2019 lalu.
"Akhir 2019 lalu aku kena penyakit tumor payudara," tulisnya di unggahan.
Menurutnya, penyebabnya karena ia suka makan jajanan yang digoreng, mie instan, serta makanan olahan. Meski ia juga sering mengonsumsi sayuran.
Gejala yang dirasakannya adalah nyeri di bagian areola, kulit di sekitar puting payudara yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya.
"Lalu saya raba ternyata seperti ada benjolan, tapi saya tidak tahu pasti kalau itu benjolan yang menjadi gejala kanker payudara atau bukan. Menurut dokter saya terkena kanker payudara atau bukan," tulisnya saat berkonsultasi dengan seorang dokter melalui telemedicine.
Hingga akhirnya gadis ini disarankan untuk ke dokter dan harus segera menjalani operasi.
Berdasarkan laman Mayo Clinic, FAM merupakan benjolan padat payudara non-kanker (jinak) yang paling sering terjadi pada perempuan berusia 15 hingga 35 tahun.
Gejalanya berupa bulat dengan batas halus dan jelas, mudah dipindahkan, keras atau kenyal, dan tidak terasa sakit.
Baca Juga: Butuh Puluhan Juta, Operasi Kanker Payudara Istri Pedagang Pempek Gagal
Sebenarnya, hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab kondisi ini, namun dicurigai berkaitan dengan hormon reproduksi.
Fibroadenoma lebih sering terjadi selama tahun-tahun reproduksi. Ukurannya bisa menjadi lebih besar selama kehamilan atau dengan penggunaan terapi hormon, dan mungkin menyusut setelah menopause, ketika kadar hormon menurun.
Menurut Medical News Today, dokter mungkin akan merekomendasikan pengangkatan tumor jika terdapat kelainan. Tetapi studi 2015 menunjukkan pembedahan jarang diperlukan jika sel-sel fibroadenoma tampak normal.
Pembedahan dapat meninggalkan bekas luka di payudara, yang dapat mengganggu tes pencitraan di masa mendatang.
Tumor ini bisa tumbuh dan menyusut. Jika ini terjadi, dokter mungkin menyarankan pemeriksaan rutin untuk memantau perubahan tersebut.
Penyakit ini biasanya tidak menyebabkan komplikasi. Ada kemungkinan kondisi ini berkembang menjadi kanker payudara, tetapi kemungkinannya sangat kecil sekali.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut