Suara.com - Seorang pria berusi 21 tahun mengalami gagal jantung akibat selalu mengonsumsi empat minuman berenergi dengan jumlah total 500 mililiter setiap hari dalam dua tahun.
Kasus ini ditulis dalam jurnal BMJ Case Reports yang terbit pada Kamis (15/4/2021) kemarin.
Sang pria yang tidak disebutkan identitasnya ini memeriksakan diri ke Rumah Sakit St Thomas, London, akibat sesak napas yang semakin parah selama empat bulan serta mengalami penurunan berat badan.
Ia juga terkadang mengalami gangguan pencernaan, tremor, dan detak jantung berdebar kencang. Kondisinya tidak sehat dan lesu dalam beberapa bulan terakhir sehingga sang pria harus berhenti kuliah.
Setelah serangkaian tes, pria itu didiagnosis dengan dua kondisi mengancam nyawa, yakni gagal jantung dan gagal ginjal.
Menurut Live Science, gagal jantung terjadi ketika otot jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sedangkan gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak dapat menyaring produk limbah dari darah dengan baik.
Gagal ginjalnya disebabkan oleh kondisi yang sudah lama tetapi tidak terdiagnosis yang disebut uropati obstruktif kronik. Ini terjadi ketika urin tidak dapat mengalir dengan baik melalui saluran kemih sehingga kembali ke ginjal.
Sementara, gagal jantungnya disimpulkan akibat konsumsi minuman berenergi dalam kadar tinggi walau dokter tidak dapat membuktikannya secara pasti.
Sejumlah penelitian sebelumnya telah mengaitkan konsumsi minuman energi dengan efek kardiovaskular, termasuk peningkatan tekanan darah dan irama jantung yang tidak normal.
Baca Juga: Kenali Gejalanya, Begini Pertolongan Pertama Saat Gagal Jantung
Setelah 58 hari di rumah sakit, pria itu diizinkan pulang dan diberi beberapa resep obat jantung. Dia juga berhenti minum minuman energi sepenuhnya dan fungsi jantungnya meningkat pesat.
Dokter mengatakan sang pria tidak memerlukan transplantasi jantung saat ini. Namun, dia kemungkinan akan membutuhkan transplantasi ginjal di masa depan.
"Peringatan yang jelas harus diberikan tentang potensi bahaya kardiovaskular dari konsumsi minuman energi dalam jumlah besar," pungkas penulis studi kasus.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
-
Gagal Total di Timnas Indonesia, Kluivert Diincar Juara Liga Champions 4 Kali
Terkini
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak