Suara.com - Vaksinasi Covid-19 di Indonesia terus berjalan demi menekan angka kasus positif Covid-19 yang kini kembali meningkat di beberapa daerah. Untuk menumbuhkan kekebalan tubuh maksimal terhadap virus corona, suntikan vaksin diberikan dalam dua dosis atau dua kali suntikan.
Salah satu efek samping paling umum dari vaksin ini adalah rasa sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, catat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Efek samping tersebut, yang disebut COVID Arm, adalah hal yang wajar. Biasanya efek samping muncul mulai dari beberapa hari hingga seminggu setelah mendapat suntikan.
Menurut dokter, nyeri saat mendapat suntikan itu normal dan sama sekali tidak berbahaya. Ketika seseorang divaksinasi, sistem kekebalan tubuh sedang belajar untuk melawan virus.
Ini berarti memanggil semua sumber daya yang tersedia ke tempat suntikan, yang menyebabkan peradangan, kata Dr Sanjeev Jain, MD, seorang dokter bersertifikasi papan ganda dalam imunologi dan penyakit dalam di Klinik Asma dan Alergi Columbia, mengutip The Bustle.
Mungkin Anda bertanya-tanya, setelah mendapat suntikan pertama, apakah harus mendapat suntikan kedua di tempat yang sama? Atau boleh di lengan satunya?
Ahli sendiri mengatakan tidak ada salahnya mendapatkan suntikan kedua di tempat yang sama. Itu adalah murni pilihan penerima vaksin. Namun, mengingat kemungkinan sedikit nyeri lengan pasca vaksinasi, disarankan untuk mendapat vaksin pada lengan non-dominan Anda.
John Segreti, MD , direktur medis pengendalian dan pencegahan infeksi di Rush University Medical Center di Chicago, menyebut hal itu agar rasa sakit yang mungkin timbul setelahnya tidak menghalangi aktivitas Anda sehari-hari.
"Jika Anda tidak kidal dan mendapatkan suntikan di lengan kanan, Anda mungkin akan merasakan lebih banyak rasa sakit, yang bisa lebih mengganggu," katanya, dikutip dari Livestrong.
Baca Juga: Tak Alami Sedikitpun Efek Samping Vaksin, Tanda Kekebalan Tak Bekerja?
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis