Suara.com - Banyak orang merasa kebal setelah divaksinasi Covid-19. Padahal setelah divaksinasi, seseorang tetap bisa terinfeksi Covid-19, sekalipun ia sudah divaksin lengkap atau mendapat suntikan dua dosis vaksin.
Dalam keterangannya kepada Suara.com, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR mengungkap data yang sempat dirilis Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terkait infeksi Covid-19 setelah divaksinasi.
"Data menunjukkan bahwa sekitar 0,7 persen hingga 0,8 persen orang yang sudah mendapat vaksin Covid-19 dosis lengkap masih dapat terinfeksi Covid-19," ujar Dr. Agus beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Dr. Agus menjelaskan risiko terinfeksi pasca vaksin Covid-19 bisa terjadi karena berbagai hal berikut:
1. Terinfeksi sebelum vaksinasi
Terinfeksi covid 19 beberapa hari sebelum vaksin atau pasien tersebut sudah terinfeksi, namun virus masih dalam tahap masa inkubasi.
2. Proteksi vaksin yang beragam
Proteksi vaksin tidak 100 persen, bervariasi untuk setiap vaksin. Misalnya vaksin Pfizer punya proteksi mencapai 95 persen, vaksin Moderna mencapai 94,1 persen, AstraZeneca 70,4 persen dan Sinovac 65,3 persen.
3. Terinfeksi strain baru
Baca Juga: Syamsuar Sebut Kasus Covid-19 di Riau Melonjak, Ruang Isolasi Penuh
Vaksin tidak bisa membentuk kekebalan terhadap semua strain. Saat ini virus corona punya berbagai strain, sehingga strain yang berkembang tidak bisa ditangkal oleh vaksin tertentu.
Seperti misalnya strain dari Afrika Selatan tidak visa ditangkal oleh vaksin buatan AstraZeneca, namun tetap efektif menggunakan vaksin buatan Pfizer.
4. Mutasi virus
Mutasi virus, yang bisa menyebabkan vaksin belum terbukti bisa melindungi dari varian baru. Seperti disebut-sebut mutasi yang berkembang di India lebih berbahaya dibanding yang tersebar di Uni Eropa.
5. Imunitas belum terbentuk
Imunitas yang terbentuk pasca vaksin setiap orang berbeda. Hal ini dipengaruhi kondisi tubuh setiap orang yang berbeda seperti kepemilikan penyakit penyerta seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, autoimun dan sebagainya.
Berita Terkait
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Anggaran Daerah Dipotong, Menteri Tito Minta Pemda Tiru Jurus Sukses Sultan HB X di Era Covid
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental