Suara.com - Laporan baru menunjukkan bahwa dunia sedang menghadapi kekurangan sekitar 900 ribu bidan. Padahal, minat melahirkan di rumah telah meningkat selama pandemi virus corona Covid-19.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Konfederasi Bidan Internasional (ICM), sekarang ini hanya ada sekitar 1,9 juta bidan di seluruh dunia.
Kekurangan tersebut dapat dikaitkan dengan ketidaksetaraan gender. Sebab, kebidanan adalah profesi yang didominasi perempuan dengan kurangnya investasi kronis dari pembuat kebijakan.
Bidan juga menghadapi disparitas gaji berbasis gender dan kurangnya peluang pertumbuhan karir, lapor Insider.
Selama pandemi ini, banyak bidan meninggalkan angkatan kerja bidan. Dalam beberapa kasus karena mereka kekurangan alat pelindung diri (APD).
Tugas bidan, selain membantu persalinan, tetapi juga menyediakan berbagai layanan kesehatan seksual dan reproduksi lainnya. Serta, perawatan antenatal, postpartum, dan neonatal.
"Sudah waktunya bagi pemerintah untuk mengakui bukti seputar dampak perawatan yang dipimpin bidan, yang meningkatkan kehidupan dan menyelamatkan nyawa," kata Franka Cadée, presiden ICM, dilansir Insider.
Pandemi ini menciptakan krisis profesional medis
Sebenarnya, tidak hanya bidan yang mempertimbangkan untuk meninggalkan bidang medisnya setelah lebih dari setahun mengalami kelelahan emosional dan fisik akibat pandemi.
Baca Juga: Tidak Sadar Jika Hamil, Wanita Ini Melahirkan di Pesawat, Videonya Viral
Perawat, seperti bidan, telah bekerja terlalu keras dan menghadapi kekurangan APD dan sumber daya lainnya. Banyak yang merasa sangat lelah sehingga mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan profesinya.
Salah satunya Nikki Motta, perawat di rumah sakit di sepanjang Pantai Timur Amerika Serikat, mengatakan bahwa ia ingin melanjutkan ke praktik lanjutan setelah enam tahun sebagai perawat rumah sakit.
Stres saat merawat pasien Covid-19 di rumah sakit, yang kekurangan staf, telah menyebabkan masalah fisik, salah satunya kerontokan rambut.
"Beban sangat berat dari apa yang saya lakukan dan saya tidak merasa seperti melakukan pekerjaan yang awalnya saya daftarkan, yaitu membantu orang dan membuat orang merasa lebih baik," pungkas Motta.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke