Suara.com - Perdana Menteri India Narendra Modi berada di bawah tekanan permintaan untuk memberlakukan penguncian atau lockdown nasional saat negaranya bergulat dengan wabah Covid-19 terburuk di dunia.
Kementerian kesehatan negara tersebut melaporkan 366.161 kasus baru pada Senin (10/5/2021), pertama kalinya infeksi harian turun di bawah 400 ribu sejak 6 Mei. Total kasus sekarang lebih dari 22 juta sejak pandemi virus corona dimulai.
Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Amerika Serikat, Anthony Fauci, pun mendukung bahwa India harus memberlakukan penguncian atau lockdown nasional.
"(Negara) Anda harus ditutup. Saya yakin beberapa negara bagian India telah melakukan itu, tetapi Anda perlu memutus rantai penularan, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menutupnya," kata Fauci, dilansir CNN.
Menurutnya, penguncian nasional diperlukan untuk memutus rantai penularan.
"Orang dapat melakukannya selama dua, tiga minggu, empat minggu. Kemudian, segera setelah kasus mulai turun dan Anda memvaksinasi lebih banyak orang, maka Anda bisa mendahului lintasan wabah," sambung Fauci.
Pada Sabtu pekan lalu, Indian Medical Association (IMA) mengatakan pihaknya telah menyerukan penguncian nasional, terencana dengan baik, dan diumumkan sebelumnya 20 hari terakhir.
"Kuncian perlu berlangsung sekitar 10 hingga 15 hari untuk memberikan waktu bagi sistem kesehatan negara yang terlalu tegang untuk memulihkan dan mengisi kembali materi dan tenaga," jelas IMA.
IMA mengatakan jam malam sporadis dan pembatasan lain yang diberlakukan oleh beberapa negara bagian tidak ada gunanya.
Baca Juga: Berduka, Yusril Ihza Mahendra Tidak Tahu Tengku Zul Covid-19
Modi sebelumnya juga memperingatkan bahwa penguncian hanya akan dianggap sebagai upaya terakhir.
"Dalam situasi saat ini, kami harus menyelamatkan negara dari lockdown. Saya akan meminta negara untuk melakukan lockdown sebagai opsi terakhir. Kami harus berusaha keras untuk menghindari lockdown dan fokus hanya pada zona penahanan mikro," katanya pada April lalu.
Terserah negara bagian untuk memutuskan kapan dan bagaimana menerapkan zona ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan