Suara.com - Pemerintah telah resmi menetapkan harga vaksin untuk program vaksinasi gotong royong. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa harga vaksin gotong royong ditetapkan sebesar Rp375 ribu per dosis, dan biaya penyuntikannya Rp125 ribu per dosis.
Sehingga total untuk satu kali suntik vaksin dibanderol dengan harga Rp500 ribu. Seperti diketahui, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10/2021 tentang Vaksinasi Gotong Royong, biaya vaksinasi gotong royong ditanggung oleh badan hukum/badan usaha yang melaksanakan vaksinasi kepada karyawan/karyawati, keluarga dan individu lain terkait dalam keluarga.
Dengan begitu, penerima Vaksin Covid-19 dalam pelayanan Vaksinasi Gotong Royong tidak dipungut bayaran atau gratis. Dikutip dari ANTARA, Airlangga sendiri mengatakan ada dua merek vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi gotong royong ini, yakni Sinopharm dan CanSino.
Kedua merek vaksin ini diproduksi oleh dua perusahaan farmasi China. Namun, keputusan untuk mengadakan program vaksinasi gotong royong ini dinilai dinilai Epidemiolog tidak etis dan diskriminatif di tengah situasi pandemi Covid-19 dan masih banyak kelompok rentan yang belum mendapatkan vaksinasi.
Tidak etis di tengah situasi pandemi
"Yang jelas tidak etis belum etis, karena situasinya bahwa terlalu banyak masyarakat yang harus divaksin tapi belum bisa divaksin. Hal itu tentunya karena faktor pemerintah juga, bukan karena masyarakat," ujar Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman kepada Suara.com, Selasa, (11/5/2021).
Seperti dikutip dari situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hanya sekitar 1,7 juta lansia yang mendapatkan vaksin penuh dari total target sekitar 21 juta atau baru sekitar 8 persen. Sementara itu, untuk tenaga kesehatan sendiri angka cakupan vaksinasi berkisar di angka 1,3 juta jiwa dari total target 1,4 juta atau sekitar 98,03 persen.
Untuk petugas publik sendiri baru sekitar 5 juta jiwa yang mendapatkan vaksin Covid-19 penuh dari total target sekitar 17 juta jiwa. Sehingga total cakupan vaksin secara keseluruhan baru sekitar 8,8 jiwa dari total 40 juta jiwa, atau baru sekitar 21 persen.
Dicky menilai, bahwa rendahnya cakupan vaksinasi di kelompok rentan karena akselerasi program dari pemerintah rendah. Selain itu juga terkait ketersediaan, dan juga jumlah vaksinasi yang masih belum memadai.
Baca Juga: Ucap Syahadat dan Takbir, Adik: Tengku Zul Seperti Siap Dipanggil Allah
"Setidaknya mencapai 50 persen dari target yang dicapai, karena di negara-negara yang berhasil seperti Israel atau Amerika 50 persen cukup efektif dalam membendung dalam meredam kecepatan, itu yang membuat akhirnya.
Dicky juga mempertanyakan alokasi ketersediaan vaksin yang akan digunakan untuk program vaksinasi gotong royong yang menggunakan produk dari Sinopharm. Seperti diketahui, vaksin Sinopharm sendiri merupakan bantuan dari Uni Emirat Arab.
"Kalau bicara Sinopharm itu vaksin yang kita dapat dari Uni Emirat Arab, dan statement resminya, itu adalah donasi, artinya masa donasi dijual. Bagaimana etikanya," ujar Dicky.
Diskriminatif dan memperbesar kesenjangan
Selain itu, program vaksinasi gotong royong yang menggunakan produk Sinopharm juga akan menimbulkan kesan diskriminatif dan kesenjangan di masyarakat umum. Seperti diketahui vaksin Sinopharm diketahui mencapai 78 persen. Angka itu lebih tinggi dari vaksin Sinovac yang hanya 65 persen.
"Kalau ini diperuntukkan untuk vaksin gotong royong, orang publik mau nggak mau mengatakan vaksin ini lebih baik dibanding Sinovac yang belum masuk emergency use WHO. Tapi malah dikasih dalam mekanisme gotong royong dan ini akan kontradiktif lagi. Dan timbul adalah munculnya kesan diskriminatif bahwa itu vaksin kelas satu," ujar Dicky.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?