Suara.com - Ada lebih dari 400 jenis demensia, tetapi demensia tubuh lewy (LBD) salah satu jenis demensia yang paling umum. LBD adalah jenis demensia progresif yang menyebabkan penurunan fungsi berpikir dan mandiri karena endapan mikroskopis abnormal yang merusak sel-sel otak seiring waktu.
Gejala LBD bisa bervariasi dari orang ke orang baik dalam sifat maupun tingkat keparahannya. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NDS), gangguan tidur sering terjadi pada orang dengan LBD tapi seringkali tidak terdiagnosis.
Menurut NDS, rasa kantuk yang berlebihan di siang hari adalah tanda LBD. Tubuh yang sehat mencirikan ini sebagai tidur selama 2 jam atau lebih di siang hari.
Gangguan tidur lainnya, termasuk gangguan tidur REM, insomnia dan sindrom kaki gelisah. Sedangkan, gejala umum LBD lainnya termasuk masalah seperti:
- Kecepatan berpikir
- Pemahaman
- Pertimbangan
- Persepsi visual
- Bahasa
- Memori
Menurut NHS, Anda harus menemui dokter umum bila mengalami gejala awal demensia, terutama orang yang berusia di atas 65 tahun. Jika orang lain yang mengalami gejala tersebut, Anda sarankan mereka untuk membuat janji temu dengan dokter.
"Dokter umum bisa melakukan beberapa pemeriksaan sederhana untuk mencoba mencari tahu penyebab gejalanya dan merujuk Anda ke spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut," jelas NHS dikutip dari Express.
Orang yang berisiko
Sebenarnya kelompok orang yang berisiko menderita LBD belum jelas karena penelitian tentang bentuk demensia ini tidak ekstensif seperti Penelitian jenis lainnya.
Ada beberapa Penelitian yang menunjukkan bahwa kerabat kandung dari anggota keluarga dengan LBD mungkin memiliki risiko lebih tinggi, seperti yang dilaporkan Alzheimer's Society (AS), beberapa varian gen baru-baru ini dikaitkan dengan risiko LBD yang lebih tinggi.
Baca Juga: Vaksin Pfizer dan Moderna Efektif Lawan Varian Baru Virus Corona India
Menurut badan kesehatan, tidak mengherankan jika varian gen juga dikaitkan dengan penyakit Alzheimer. Karena, gejalanya tumpeng tindih dengan gejala penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Neurology melaporkan bahwa riwayat gejala attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD) pada orang dewasa merupakan faktor risiko untuk LBD.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?