Suara.com - Lewat penelitian baru yang dipresentasikan dalam European Congress on Obesity menunjukkan, beberapa anak mengalami obesitas hebat selama aturan pembatasan atau lockdown akibat pandemi COVID-19.
Pembatasan juga berdampak negatif pada aktivitas fisik, yang terjadi pada anak usia di bawah 10 tahun.
Ketika pemerintah mengambil kebijakan untuk memberlakukan pembatasan besar-besaran, aturan itu dianggap secara tak sadar mengubah perilaku gaya hidup anak-anak.
Meski dampak obesitas pada anak belum dijelaskan, namun risikonya dianggap besar. Termasuk berat badan mereka yang meningkat.
Lewat metode studi campuran, dilakukan kuesioner dan wawancara telepon untuk menyelidiki dampak COVID-19 selama April 2020, yang menyorot pembatasan pertama di Belanda pada anak dengan obesitas berat yang dirawat di Obesity Center CGG.
Ada tiga kuesioner seperti Perilaku Makan Belanda versi anak, Inventarisasi Kualitas Hidup Pediatrik, dan Aktivitas Fisik yang diisi oleh keluarga dan anak baik sebelum pandemi maupun selama pembatasan.
Secara total 83 keluarga dilibatkan, dengan 75 di antaranya lewat wawancara telepon. Selain itu, karakteristik anak rata-rata berusia 11,5 tahun, dengan jenis kelamin perempuan sebesar 52 persen mengalami obesitas berat.
Para peneliti kemudian menganalisis subkelompok lewat skor kuesioner, baik itu meningkat atau memburuk selama masa pembatasan lewat faktor usia dan masalah psikososial.
Sebelum masa pandemi, anak-anak menunjukkan penurunan aktivitas fisik, dari 2,8 jam menjadi 0,7 per minggu.
Baca Juga: Banyak Ditutup, Ternyata Fungsi Taman Penting Selama Pandemi Covid-19
Sementara itu, 15 anak dengan kondisi emosional makan cenderung memiliki berat badan meningkat signifikan, yang dialami oleh anak berusia lebih tua dengan masalah psikososial.
Sedangkan, anak yang memiliki emosional buruk seperti rasa marah, bosan, cemas dan sedih, mengalami dinamika keluarga yang buruk, juga mengalami peningkatan perilaku makan.
Tambahan, anak-anak dengan skor emosional dengan nilai makan eksternal selama pembatasan memiliki kualitas hidup yang rendah. Data juga menunjukkan, peningkatan permintaan makan sering terjadi pada anak berusia 10 tahun ke bawah.
"Studi ini menunjukkan tanggapan profil yang berbeda, yakni terhadap pembatasan COVID-19 pada anak dengan obesitas berat. Meski pada tingkat kelompok skor gaya hidup cenderung rata-rata, bagian keluarga cukup relevan, yang secara klinis dilaporkan mengalami penurunan aktivitas fisik dan perilaku makan," ungkap para penulis studi.
Dikatakan, kelompok anak yang mengalami psikososial bersamaan dengan perilaku makan, memiliki risiko tinggi negatif selama masa pandemi.
Karena itu, pihak perawatan kesehatan perlu menangkal efek negatif tersebut pada anak dalam jangka panjang, seperti perawatan fisik dan juga mental.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
Terkini
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak