Suara.com - Menyusul kasus pembekuan darah pada vaksin AstraZenec, kini Badan Keamanan Vaksin Amerika Serikat menyelidiki sejumlah kasus kecil peradangan jantung pada orang muda setelah menerima vaksinasi Covid-19.
Mengutip Live Sciene, Selasa (25/5/2021), beruntung sejumlah kasus ini cenderung dalam kategori ringan. Kondisi peradangan jantung ini disebut miokarditis, yang juga sangat umum.
Dalam penyelidikan sejauh ini, kondisi peradangan jantung pada orang yang telah divaksinasi, kondisinya tidak jauh berbeda dengan populasi umum yang juga mengalami miokarditis, sehingga bisa jadi vaksinasi tidak berkaitan.
"Vaksin sejauh ini lebih bermanfaat (mencegah Covid-19) dibanding risikonya yang sangat rendah, sehingga sangat meyakinkan," ujar Peneliti Senior Pusat Keamanan Kesehatan John Hopkins, Dr. Amesh Adalja.
Miokarditis adalah peradangan otot jantung yang sering terjadi setelah terinfeksi virus, seperti influenza atau SARS CoV 2 penyebab Covid-19. Gejalanya berupa rasa lelah ringan, nyeri dada yang akan hilang dengan sendirinya, hingga irama detak jantung yang tidak teratur, serangan jantung, bahkan pada kasus parah dan jarang terjadi bisa menyebabkan kematian.
Adapun kasus peradangan jantung ini cenderung lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Salah satunya dialami pada seorang lelaki, 4 hari setelah menerima suntikan kedua vaksin Covid-19 buatan Pfizer BioNTech dan Moderna.
Namun, pihak keamanan kesehatan dan peneliti sedang menganalisis data catatan dan meminta dokter untuk lebih waspada jika mendapat laporan kasus serupa.
Faktanya, sebelum itu, vaksin lain seperti vaksin flu, dipastikan bisa menyebabkan peradangan jantung, sehingga sangat penting untuk menyelidiki hubungan potensial antara vaksin Covid-19 dan kondisi jantung.
Sehingga kata Adalja, Center Disease Control and Prevention (CDC) mulai memantau kejadian radang jantung pada mereka yang sudah menerima vaksinasi Covid-19.
Baca Juga: Vaksin Penting, Tetapi Penerapan 3M yang Utama
Sedangkan kasus radang jantung setelah pemberian vaksin Pfizer BioNTech juga dilaporkan terjadi di Israel dan Eropa, namun hingga kini pihak berwenang tidak menemukan keterkaitannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?