Suara.com - Makanan cepat saji atau fast food seolah telah jadi bagian dari solusi mencari makan praktis bagi masyarakat di perkotaan. Selain rasanya yang lezat, penyajiannya yang tidak butuh waktu lama juga jadi pilihan beberapa orang untuk bisa mengisi perut.
Tapi meski perut kenyang, apakah tubuh cukup dapat nutrisi dari konsumsi makanan cepat saji?
Ahli nutrisi Dr. dr. Tan Shot Yen mengatakan bahwa dalam menu fast food juga masih ada kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Akan tetapi kualitas nutrisinya tidak layak.
"Fast food dikenal sebagai produk pangan "cepat saji" yang mengandalkan olahan dan produk ultra proses, paling tidak beberapa komponennya. Mulai dari daging olahan, berbagai saos hingga racikan. Jadi jika bicara nutrisi apa, ya karbohidrat, protein, lemak pasti ada, tapi bukan dari kualitas yang sehat," jelas dokter Tan dihubungi suara.com, Jumat (11/6/2021).
Ia mencontohkan, kandungan karbohidrat terdapat pada kentang yang digoreng dan dengan kandungan tinggi garam. Sementara protein terdapat pada daging olahan, juga lemak jenuh terutama trans fat.
"Kebanyakan lemak jenuh dan trans fat. Sebab murah," ucapnya.
Batasan setiap orang untuk mengonsumsi makanan cepat saji bisa berbeda-beda. Sebab, menurut dokter Tan, tidak semua orang memiliki tingkat sensitivitas yang sama.
"Ada yang makan berturut-turut sekian minggu atau bulan merasa 'baik-baik saja'. Sementara ada yang baru makan sekali atau dua tapi tubuhnya sudah merasa nggak enak," ujarnya.
Dokter Tan menyarankan, setelah merasa terlalu banyak konsumsi fast food, sebaiknya segera kembali pada pola makan sehat. Selain konsumsi sumber karbohidrat, protein, dan lemak yang sehat dari sayur, buah, maupun daging segar, tetapi juga batasi asupan kadar gula, garam, dan lemak.
Baca Juga: Waspada Kuku Menonjol dan Berubah Warna, Tanda Kekurangan Nutrisi
Berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, disebutkan bahwa konsumsi gula maksimal per hari hanya boleh empat sendok makan. Sementara garam satu sendok teh per hari, dan lemak maksimal lima sendok makan per hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!