Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan jeda 8 hingga 12 minggu antara dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19 AstraZeneca. Vaksin ini adalah salah satu vaksin yang paling banyak didistribusikan secara global.
Tetapi sebuah studi baru dari Universitas Oxford di Inggris telah memberikan kepastian bahwa dosis kedua vaksin tetap sangat efektif bahkan setelah jeda hingga 45 minggu.
Faktanya, respons imun para sukarelawan setelah penundaan yang lama lebih unggul daripada respons setelah interval yang direkomendasikan. Studi tersebut belum menjalani peer review, muncul sebagai pracetak.
Melansir dari Medical News Today, penelitian menemukan bahwa penundaan yang lama mungkin bermanfaat menghasilkan lebih banyak antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
"(Anda) mendapatkan induksi antibodi yang sangat kuat dengan interval yang sangat panjang ini, dan itu sangat menggembirakan bagi negara-negara di mana pasokannya mungkin terbatas dalam jangka pendek," kata Prof. Teresa Lambe, Ph.D., salah satu peneliti studi tersebut. penulis, pada konferensi pers yang diselenggarakan oleh Science Media Center di London.
Rekan penulisnya, Prof. Sir Andrew Pollard, Ph.D., F.Med.Sci., menjelaskan bahwa temuan ini sejalan dengan pengalaman dari vaksin lain.
"Jika setelah Anda memberikan dosis pertama, Anda memberi lebih banyak waktu untuk respons imun menjadi matang, Anda cenderung melihat respons yang sedikit lebih baik di kemudian hari," katanya.
Namun, Prof. Pollard mengatakan bahwa ada risiko infeksi karena kekebalan yang terus menurun setelah dosis pertama dan kekebalan yang akhirnya lebih kuat setelah dosis kedua yang tertunda.
"Tetapi kami tidak benar-benar tahu saat ini dengan satu dosis berapa lama Anda dapat duduk dengan aman. Tapi yang pasti, itu lebih dari 3 bulan," kata Prof. Pollard.
Baca Juga: Ananda Omesh Rombak Mobilnya Jadi Ambulance untuk Pasien Covid-19
Penelitian juga menunjukkan bahwa dosis ketiga dari vaksin asli (dua dosis) lebih dari 6 bulan melindungi setelah dosis kedua menginduksi peningkatan kekebalan yang kuat terhadap SARS-CoV-2, termasuk varian yang paling umum.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- Biodata dan Pendidikan Gus Elham Yahya yang Viral Cium Anak Kecil
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar